Hari-hari sulit ia lewati.
"Aku sampai stres, hampir gila.
Keadaan hamil, aku pergi ke kota jauh-jauh dari kampung sendiri," ujarnya.
Satu minggu pisah rumah, sang suami kembali menghubungi dirinya.
Ia menyesal minta maaf dan minta istrinya datang menjemput.
Rupanya, sang suami dilarang ibunya untuk menjemput wanita ini.
"Karena emaknya, dia tidak bisa jemput aku.
Aku nggak mau karena bukan keinginan aku," ungkapnya.
Kini sang suami lebih memberatkan ibunya.
Ia tak mau menjemput sang istri untuk menyelamatkan rumah tangganya.
"Dia pilih hidup di bawah ketiak mamanya dan sampailah aku mau melahirkan buah hati ini yang sebelumnya aku melewati banyak kesulitan dan kesakitan sendirian," ujarnya.