Intinya, Darul Arqam anjurkan jamaahnya untuk berbisnis sesuai syariat demi mensucikan diri pada Tuhan dengan menyumbangkan harta.
Namun besarnya modal dan banyaknya keanggotaan Darul Arqam ini buat pemerintan Malaysia taruh curiga pada gerakan ini, baik secara akidah maupun kendaraan politik dan kekuasaan.
Mengutip tulisan Abdul Rahman Haji Abdullah dalam "Pemikiran Islam di Malaysia: sejarah dan aliran", sumber pokok penggerak Darul Arqam ini adalah semangat jihad atau pengorbanan jiwa dan harta di kalangan anggota atau pengikutnya.
Mereka yang punya penghasilan tetap ini pun harus bersedia dipotong gajinya hingga 10 persen tiap bulannya, bahkan terkadang bisa lebih.
Dalam perjalannnya, ajaran Darul Arqam dianggap menyimpang lantaran Abuya Ashaari akui dirinya merupakan Bani Tamim atau pendamping Imam Mahdi.
Beberapa sumber bahkan sebut Abuya ini akui pernah berdialog langsung dengan Nabi Muhammad SAW.
Ia pun yakini gurunya, Syeikh Syuhaimi adalah Imam Mahdi, dan Ashaari adalah penerus Syuhaimi.
Darul Arqam juga dituding siapkan dan melatih 300 pasukan berani mati di Thailand.
Atas dasar ini, organisasi Darul Arqam resmi dilarang oleh Malaysia pada 1994, selain bertentangan dengan akidah ahli sunnah wal jamaah.
Abuya Ashaari ini pun sempat ditahan setahun lalu berganti status jadi tahanan riumah, pindah ke Pulau Labuan hingga akhirnya bebas murni pada 2004.