Dia ketika itu takut menyesal dengan tato yang ada di tubuhnya.
Bagaimanapun juga, tato yang diinginkan Maria Vania adalah tato permaneh.
"Terus akhirnya saya nemunin, ah kenapa gak butterfly aja," tegasnya.
"Pertama emang udah kayak hidup saya juga, ibaratnya kayak gak gampang loh saya kayak berjuang di Jakarta."
Bagi Maria Vania, dia mengibaratkan kehidupannya laiknya kupu-kupu.
Kupu-kupu, seperti kita tahu, ada metamorfosis dari ulat yang berubah jadi kepompong lalu jadilah kupu-kupu yang indah menawan.
Dengan filosofi itu, Maria Vania mantap bikin tato kupu-kupu.
"Ibaratnya kalau butterfly itu kamu mulai dari ulet, terus kepompong, terkoyak dulu kulitnya dengan usaha yang luar biasa akhirnya jadi cantik," katanya.
"Dan saya ngelihat di mitologi Jepang tuh bagus banget, keberuntungan, kebahagiaan ya udahlah saya tatoin."