Tentu saja pakaian dapat mencerminkan perang, dan tidak hanya melalui seragam orang yang bertempur.
Pakaian sipil dengan sentuhan militer, mungkin dengan kancing, kepang, warna dan potongan, dapat menunjukkan identifikasi dengan penyebab perang dan keterlibatan negara Anda di dalamnya.
Contohnya, adalah pola rajutan tahun 1942 untuk topi wanita 'gaya pelaut' (gambar unggulan di bagian atas halaman), menghubungkan mode dengan usaha maritim, dan iklan tahun 1941 untuk kemeja Viyella yang menunjukkan bahwa pria dapat berpakaian bagus saat 'melakukan bagian mereka.'
3. Kontrol pemerintah
Kebijakan ekonomi pemerintah memiliki dampak langsung dan tidak langsung pada pakaian.
Selama tahun 1940-an beberapa negara mengadopsi peraturan khusus untuk mengontrol penggunaan persediaan, staf, dan ruang pabrik.
Di Inggris, skema 'CC41' terkenal membatasi gaya, penggunaan dan detail kain, untuk efisiensi produksi yang lebih besar.
Dikenal sebagai skema 'Utilitas', ada juga model 'double-11' - seperti setelan wol coklat pintar ini, yang diproduksi untuk ekspor luar negeri, sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan pemerintah.
4. Resistensi dan kesetiaan
Pakaian sering kali menunjukkan kesetiaan pada suatu tujuan… atau pemberontakan terhadapnya.
Warga sipil di wilayah pendudukan selama Perang Dunia II menggunakan pakaian untuk menunjukkan patriotisme.