Tetapi, bukannya merasa untung, Sodir justru merasa tekor.
"Kalau dihitung ya tekor, tanahnya dibeli harganya Rp 600.000 awalnya, kalau beli tanah lagi di tempat lain harganya naik," kata Sodir saat ditemui Kompas.com, Rabu (17/2/2021).
Sodir telah mencoba membeli tanah di desa tetangga, tetapi harganya lebih mahal ketimbang biaya pembebasan yang didapat dari PT Pertamina.
"Bahkan, sekarang harga tanah Rp 1,5 juta per meternya," kata Sodir.
Tak pernah menolak
Sodir merupakan salah satu warga yang sejak awal menerima lahan dan rumahnya dibebaskan untuk pembangunan kilang Pertamina.
Ia pun harus pindah ke tempat lain. Karena tak ada penolakan, proses pembayaran pembebasan lahan sudah lebih awal dan tidak ada kendala.
Sodir mengaku, dirinya hanya mengikuti arahan dari pemerintah desa bahwa lahan dan rumahnya masuk dalam wilayah proyek pembangunan kilang.
"Saya tahunya waktu itu tanahnya dibeli dan rumahnya disuruh pindah, ya pindah saja yang penting dikasih uang," terang Sodir.
Proyek pembangunan kilang minyak NGRR Pertamina yang berada di Kecamatan Jenu itu menelan dana USD 15 miliar hingga USD 16 miliar atau sekitar Rp 225 triliun.
Proyek kilang minyak di Tuban ditargetkan beroperasi pada 2024 memiliki luas mencapai 821 hektar lahan darat yang terdiri dari 384 hektar lahan warga, sisanya adalah lahan KLHK seluas 328 hektare dan lahan Perhutani 109 hektare.