Namun jika beringsut mendekati Matahari, panas menyebabkan komponen esnya mulai menyublim terutama yang berada di kerak dan subkeraknya.

Fenomena Lintang Kemukus.
Sublimasi membentuk cebakan–cebakan gas yang umumnya mengandung uap air, karbon monoksida dan sianogen dengan tekanan terus meningkat.
Pada satu titik, tekanannya melampaui kekuatan struktur penyungkupnya sehingga mulai terjadi perekahan.
Gas–gas itu pun lepas ke angkasa lewat rekahan–rekahan dalam kejadian mirip letusan gunung berapi.
Semburan gas menyeret partikel–partikel debu, pasir dan kerikil ke angkasa dan membentuk struktur ekor komet yang persis berimpit dengan lintasan komet, melansir dari Kompas.com.
Mitos Lintang Kemukus
Lintang kemukus dianggap sebagian masyarakat Jawa sebagai pertanda akan datangnya suatu bencana, kerusuhan, kekacauan, perang, kelaparan, kematian, atau wabah penyakit.
Keyakinan itu tetap bertahan hingga kini dan diteruskan secara turun temurun sehingga diyakini kebenaranya oleh sebagian orang jawa.
Dalambuku "Sejarah Kutha Sala: Kraton Sala, Bengawan Sala, Gunung Lawu" karya R.M. Ng. Tiknopranoto dan R. Mardisuwignya, menurut sebagian orang jawa, secara umum penampakan komet membawa hal yang kurang baik, kecuali apabila komet tersebut muncul di arah barat.

Soekarno dan Soeharto.