Untuk menciptakan tampilan yang unik, braider pertama-tama membagi rambut klien mereka menjadi sekitar12 bagian, kemudian memuntir dan membungkus masing-masing dengan benang hitam tebal alih-alih kepang rambut sintetis, yang membuatnya lebih murah.
"Pohon-pohon anti gravitasi" ini akhirnya tampak seperti paku protein yang digunakan coronavirus untuk "membuka" sel-sel kita dan mulai mereplikasi.
Sementara gaya rambut lain yang populer di daerah kumuh Kibera harganya 300 hingga 500 shilling (Rp 42 ribu hingga Rp 70 ribu), tatanan rambut coronavirus hanya 50 shilling (Rp 7 ribu).
Rambut ini juga merupakan bonus tambahan untuk menyebarkan kesadaran tentang viruscorona.
Baca Juga: Mitos Kedutan di Jari Manis Sebelah Kiri, Pertanda Apakah ini?
"Beberapa orang dewasa tidak percaya bahwa coronavirus itu nyata, tetapi kemudian kebanyakan anak kecil tampak bersemangat untuk membersihkan tangan mereka dan memakai masker."
"Begitu banyak orang dewasa tidak melakukan ini, dan itulah sebabnya kami menemukan gaya rambut corona," kata penata rambut Sharon Refa kepada Reuters.
Sejujurnya, gaya rambutsemacam itu telah ada selama bertahun-tahun, tetapi dengan masukknya gaya rambut dari Brasil dan China dalam beberapa tahun terakhir, gaya rambut itujadi terlihat usang.
Sekarang, pandemi telah membawanya kembali menjadi populer.
(Adrie P. Saputra/Suar.ID)