Suar.ID - Wabah virus corona menjadi catatan kelam sejak awal tahun 2020.
Virus yang pertama kali muncul di Provinsi Wuhan China, itu membuat semua orang khawatir.
Virus corona jenis baru, SARS-CoV2, telah menginfeksi lebih dari 200.000 orang di 152 negara dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Ketika tren infeksi di China terus mengalami penurunan, angka terinfeksi di negara-negara lain justru mengalami lonjakan.
Italia dan Iran menjadi dua negara dengan jumlah kasus terbesar di luar China serta belum menunjukkan penurunan tren infeksi hingga saat ini.
Sejumlah penelitian di berbagai negara terus dilakukan untuk menemukan berbagai cara penularan virus corona.
Dengan demikian, bisa dilakukan upaya pencegahan dan penanganan virus corona.
Pelajaran dari Italia dan pentingnya social distancing
Oleh karena itu, social distancing diyakini menjadi salah satu cara efektif untuk menekan angka penyebaran, meski tak bisa menghilangkan virus.
Apa sih social distancing?
Social distancing adalah menjaga jarak dengan menghindari kerumunan, pertemuan publik, dan tak mendatangi pertemuan dalam kelompok besar.
Artinya, ada ruang yang cukup antara satu orang dengan orang lain sehingga menghilangkan rute transmisi virus.
Setiap orang diingatkan menerapkan social distancing agar tak terjadi kasus seperti di Italia.
Tak ada yang mengira bahwa Italia kini menyumbang 15 persen dari total infeksi di dunia dengan 31.500 kasus dan 2.500 di antaranya meninggal dunia.
Setelah mendeteksi tiga kasus pertama yang menimpa dua turis China pada akhir Januari 2020, Italia menjadi salah satu negara pertama yang menutup jalur transportasi dengan China.
Bahkan, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte kala itu mengklaim bahwa sistem pencegahan Italia paling ketat di Eropa.
"Sistem pencegahan yang diberlakukan Italia adalah yang paling ketat di Eropa," kata Conte, dilansir dari Guardian.
Tanpa disadari, virus itu justru telah menyebar di bagian utara Italia melalui penyebaran lokal yang dimungkinkan terjadi sejak pertengahan Januari.
Kesalahan protokol dalam penanganan juga menjadi biang meluasnya virus corona di Italia.
Hal itu terkait siapa saja yang harus diuji, apakah orang dengan riwayat pergi ke China atau semua orang.
Pada 18 Februari 2020, seorang lelaki berusia 38 tahun yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke China jatuh sakit di Codogna.
Ia melakukan kontak dengan dokter dan sempat mengunjungi rumah sakit beberapa kali, tetapi tak menunjukkan gejala Covid-19.
Pria tersebut tidak didiagnosis sampai 20 Februari 2020.
Baca Juga: UPDATE: 32 Orang Meninggal karena Virus Corona, yang Positif Jadi 369
Saat itu, ia telah menginfeksi lima petugas kesehatan serta setidaknya satu rekan pasien, selain istri dan temannya yang tengah hamil.
Seorang perawat dari rumah sakit mengatakan kepada Reuters bahwa ia curiga penyakit itu telah beredar beberapa hari sebelumnya.
"Setidaknya satu minggu sebelum kasus pertama ditemukan, kami telah mengamati jumlah kasus pneumonia yang tidak normal," kata perawat itu.
Profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine Adam Kucharski mengatakan, penyebaran awal virus corona di Italia menunjukkan kemampuannya untuk menjadi wabah serius dalam waktu sangat singkat.
"Pesannya adalah, jika Anda memiliki transmisi yang tidak terdeteksi dan tidak dianggap serius, hal itu akan sangat cepat menyebar dan membebani layanan kesehatan Anda.
Anda perlu mendeteksi wabah sedini mungkin," kata Kucharski.
(Tribun Jakarta)