"Kami terima dan pasrah. Jijik sekali, tapi kami tidak bisa melawan," ujar siswa kelas VII yang ingin disebut namanya ke Kompas.com, Selasa (25/2/2020).
Para siswa tidak melaporkan tentang kejadian itu karena takut akan disiksa.
Namun, setelah kejadian itu, ada satu orang yang lari ke rumah untuk meminta hal itu kepada keluarga.
Kasus itu pun terbongkar pada Jumat (21/2/2020), setelah siswa menyampaikan hal tersebut di grup WhatsApp humas sekolah.
Martinus, salah satu orangtua murid, merasa sangat kecewa dengan bantuan pendamping asrama yang menyiksa anak-anak dengan memaksa makan kotoran manusia.
"Menurut saya, pihak sekolah harus memberikan tindakan tegas kepada para pelaku."
"Yang salah ditindak tegas. Bila perlu, dipecat saja," ujar Martinus.
"Saya juga memutuskan untuk memindahkan anak dari sekolah ini."
"Biar pindah dan mulai dari awal di sekolah lain saja," kata dia.
Martinus mengatakan, secara psikologis, anak-anak yang mendapat perlakuan kotor dari pendamping pasti terganggu jika terus bertahan di sekolah itu.
Sementara itu, pihak Seminari Bunda Segala Bangsa menggelar rapat dengan orangtua siswa.