Oleh karenanya, Agus mengimbau masyarakat untuk menghindari interaksi dengan kelelawar buah.
Dalam interaksi ini, ada dua pengertian, yakni kontak langsung dan tidak langsung.
"Kontak langsung seperti yang kita lihat di beberapa tempat di masyarakat, misalnya dia menyukai atau menyayangi hewan kelelawar menjadi hewan kesayangan, ini akan kemudian dipegang."
"Kemudian juga ada masyarakat yang katakan mengonsumsi sebagai makanan lokal."
"Nah itu langsung kontak, ini yang akan berisiko karena di dalam kelelawar kita tidak tahu," ujar Agus.
Namun, menurut Agus, lain soal jika kelelawar sudah dimasak dan dalam keadaan yang sudah matang untuk dikonsumsi.
"Kalau dalam sajian yang sudah masak seseorang tidak ikut berproses, barangkali virusnya sudah mati di situ," terang Agus.
Menurut Agus, saat kelelawar dimasak maka virus yang ada di dalamnya akan mati.
"Jadi artinya di laboratorium dengan temperatur 60 derajat selama 30 menit ini suhu sterilisasi dia akan mati, apalagi kalau dimasak," terang Agus.
Agus mengkhawatirkan, kontak langsung dengan kelelawar yang masih hidup dan proses yang dilakukan saat memasak kelelawar.
"Kalau yang sudah masak sudah mateng kemudian disajikan."