"Saat resepsi, ada tetangga kampung tanya ke ayah dan ibu saya, kenapa saya ini punya gelar master tapi dinikahkan dengan sopir truk. Tak pantas kata mereka."
"BIla ada yang bertanya soal suami saya, saya akan bangga bilang kalau suami saya sopir truk. Jodoh adalah ketentuan Tuhan," ujar Zuraiha.
Zuraiha juga memastikan kalau keluarganya tak meminta uang hantaran yang tinggi.
"Saya bersyukur dan terharu, karena keluarga saya minta uang hantaran sesuai kemampuan keluarga laki-laki," katanya.
"Keluarga suami kemudian memberi kami Rp 27 juta, nilai yang melebihi ekspektasi saya."
Zuraiha mengatakan, meski suaminya sopir truk, tapi gaji bulanannya lebih besar darinya.
"Jangan pandang rendah pekerjaan sopir truk. Kami sekeluarga menerima dia seadanya, karena sikapnya yang tanggungjawab, penyabar, dan suka membantu," katanya lagi.
"Bagi saya menikah itu tak perlu lihat taraf pendidikan.
"Yang wajib dalam pernikahan itu hanyalah mas kawin. Kami pun menikah secara sederhana.
"Yang penting adalah calon suami kita itu bisa jadi kepala keluarga yang bertanggungjawab," ujarnya.