Hingga kini, teori yang dipecahkannya masih terus dijadikan pedoman dalam pembuatan pesawat terbang di seluruh dunia.
Seperti apa kisah lahirnya teori tersebut dan seberapa penting bagi dunia dirgantara?
Dilansir dari Kompas.com, pada akhir 1940-an dan 1950-an, teknologi pesawat sudah berkembang. Namun, banyak insinyur tidak sepenuhnya memahami mengapa beberapa pesawat mengalami kegagalan struktural katastrofik dalam penerbangan stabil.
Baca Juga: Arie Untung Merinding ketika Mengingat Kembali Pemikiran Almarhum B.J Habibie soal Akhirat
Sementara itu, pada 1960-an pesawat menjadi lebih cepat dan mesinnya lebih kuat. Ketika mesin bekerja terlalu keras, material akan 'kelelahan' dan sering menimbulkan masalah kegagalan struktural.
Pada tahun yang sama, para ilmuwan pun mulai menganalisis apa yang menyebabkan keretakan komponen pesawat dengan lebih detail dan rinci.
Seperti benda lainnya, pesawat pun bisa mengalami keretakan dan pecah kapan saja.
Hanya saja, beberapa material ada yang cukup kuat untuk bertahan dalam waktu yang lama.
Kenapa material pesawat bisa mengalami keretakan?
Hal itu karena setelah diterapkan suatu gaya pada suatu material, maka gaya tersebut bisa menimbulkan material 'kelelahan' dan akhirnya retak.
Oleh karena itu, pesawat akan memiliki masa hidup tertentu sebelum dinyatakan tidak aman untuk terbang lagi.