Kak Seto menegaskan bahwa yang menjadi masalah sebenarnya adalahbrand image.
Meskipun anak-anak yang mengikuti dan kemudian lolos dalam audisi tetap dilarang merokok, namun tetap saja terbangun citra yang buruk.
"Bahwa di balik audisi yang bersejarah dan menghasilkan pemain-pemain dunia adalah rokok," jelasnya.
Kak Seto juga mengungkapkan bahwa nantinya peserta yang lolos seleksi pada audisi di PB Djarum dan kemudian menjadi pemain bulutangkis profesional akan terjadi kontradiktif.
Misalnya adalah adanya ungkapan "waduh saya berutang budi pada rokok", "waduh saya harus membeli rokok".
Dikhawatirkan nantinya dapat membuat anak-anak terpapar rokok di masa depan.
Ia juga menjelaskan bahwa dirinya sudah beberapa kali memohon untuk menghadap Presiden Jokowi untuk membicarakan tentang ratifikasi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau atauFramework Convention on Tobacco Control (FCTC).
Ini dilakukan untuk mengendalikan persoalan tembakau.
"Indonesia satu-satunya negara di Asia Pasifik yang belum meratifikasi FCTC tersebut, bila sudah diratifikasi maka iklan rokok tidak boleh ada lagi," jelasnya.