Selama ini, dia sudah berlibur ke berbagai tempat berkat sugar daddy yang mendukungnya secara finansial, seperti ke Las Vegas, Asia, Yunani.
"Saya mengunjungi Yunani dengan seorang sugar dady berusia sekitar 35. Saya menemaninya dalam perjalanan bisnis, tinggal di sebuah hotel mewah dan menerima sejumlah besar uang pengeluaran," tuturnya.
Sementara beberapa hadiah yang pernah ia terima, seperti tas desainer, sepatu, jam tangan, pakaian, dan perhiasan.
"Saya telah menerima perhiasan Tiffany dan Swarovski, senilai sepatu desainer seharga 800 poundsterling (Rp 13 juta), AirPods, tas tangan Christian la croix dan buku teks universitas dengan nilai 200 poundsterling (Rp 3 juta)," katanya.
Selain karena uang jumlah besar yang dia terima, Chloe juga merasa dengan menjadi sugar baby membuatnya lebih banyak waktu untuk belajar, sementara kehidupannya tetap nyaman sebagai mahasiswa.
Dia tak perlu lagi bekerja paruh waktu yang membuat jadwal belajarnya berantakan.
"Itu telah sangat memikat hidupku sebagai seorang siswa, dari menjadi buku teks mahal yang berbakat sampai tidak lagi harus bekerja dalam shift kerja yang panjang dan berat, yang akan merusak studi saya," kata Chloe.
Meski baginya, bagian terbaik dari profesinya adalah kebebasan finansial, bukan berarti tak ada sisi buruknya.
Menurutnya, bagian buruk dari pekerjaannya adalah menerima penilaian dari teman dan keluarga yang tidak sepenuhnya memahami konsep sugar date.