Peristiwa ini membuat Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat buka suara setelah berita tersebut menyebar dan menjadi viral.
Pihak CDC mengatakan bahwa cerita tersebut adalah hoaks, karena tidak bisa dipertanggung jawabkan.
"Anda tidak akan terinfeksi HIV karena mengonsumsi makanan yang sama dengan penderitanya, jika makanan tersebut terkontaminasi oleh virus HIV, maka akan hancur oleh suhu dan pemanasan."
Lebih lanjut, pihak CDC juga menjelaskan bahwa virus HIV tidak bisa terdeteksi hanya dalam waktu singkat.
Apalagi, bocah tersebut langsung diidentifikasi tujuh hari setelah memakan pisang padahal setidaknya virus baru akan terdeteksi setelah empat minggu menginfeksi tubuh seseorang.
Selain itu, penting untuk diketahui bahwa virus HIV tidak dapat menulari seseorang melalui makanan.
Virus ini hanya akan menular melalui media lain seperti jarum suntik yang digunakan oleh penderitanya, pertukaran cairan tubuh (cairan darah, cairan dinding anus, cairan sperma, dan cairan vagina), ibu hamil, air susu ibu, dan transfusi darah.
Dengan demikian, seseorang tidak dapat terinfeksi HIV hanya melalui kontak sehari-hari misalnya berpelukan, berciuman, berjabat tangan atau berbagi makanan dan air minum.
Oleh sebab itu, informasi tentang pisang yang mengandung darah penderita HIV adalah informasi yang tidak benar dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Dengan begitu, penting untuk menyaring lebih dulu segala informasi yang didapat melalui media sosial dan mencari data yang kredibel serta akurat.