Baca Juga: Baru Tiga Bulan Menikah dengan Muzdalifah, Fadel Islami Blak-blakan Umbar Sifat Buruk Sang Istri
Meski begitu, dia tetap setia duduk di meja piket sekolah, sambil terus berharap masih ada calon siswa baru yang mendaftar di lembaga pendidikan dari Yayasan Trisula tersebut.
Lebih lanjut Vina menjelaskan, kondisi tersebut membuat kepala sekolah dan 11 guru yang ada di Jalan Johor Perak, Surabaya, ini membuat psikologis mereka terpukul dan sedih.
Apalagi selama ini dia hanya mendapat bayaran sebesar Rp 18 ribu per bulan.
Dia juga dapat tambahan bayaran mengajar sebanyak Rp20 ribu untuk tiap jam.
"Kalau ditanya gaji saya sedih. Saya nangis. Lebih rendah dari tukang becak dan kalah dengan kuli," ujarnya.
"Tapi saya terpanggil untuk tetap mengajar dan menjadikan anak-anak tumbuh secara terdidik," terangnya lirih.
Meskipun begitu, Vina dan guru-guru di SMP Gatra mengatakan, pihaknya akan tetap mengajar apabila pihak sekolah masih menghendaki dan berharap menerima tunjangan profesi pendidik (TPP).
Walau itu akan sulit terpenuhi ketika hanya memiliki dua siswa.
Baca Juga: Mitos Menabrak Kucing Bisa Bikin Celaka Hingga Kematian, Benarkah?
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Gatra, Abdul Aziz Panigoro, menyebut, kondisi ini terjadi karena desakan demo PPDB zonasi yang membuat Dinas Pendidikan Kota Surabaya memutuskan melakukan penambahan pagu SMP negeri hingga 7 ribu siswa.
Dilansir Kompas.com, pagu SMP negeri yang semestinya 18.325 bertambah menjadi 25.233 setelah ada gelombang demo PPDB zonasi.