Suar.ID -Sebelum ajal menjemput, dalam keadaan sakit, Mantri Patra menyempatkan diri menulis doa.
Doa yang dia tulis dengan tangan itu begitu getir, penuh harap, dan tentu saja sangat mengharukan.
Dalam doanya itu, dia menyinggung tentang pekerjaannya, tentang orang-orang yang dia temui, dan lain sebagainya.
Mantri Patra--nama asli Patra Marinna Jauhari--meninggal dalam kesendirian. Tanpa keluarga, tanpa kerabat, hanya warga lokal yang menemaninya.
Mantri Patra meninggal secara tragis saat menjalankan tugas di daerah pedalaman Kebupaten Teluk Wondama, Papua Barat, seorang diri.
Kisah getir pengabdian Mantri Patra di pedalaman Papua, membuat banyak pihak turut berduka atas kepergiannya.
Bagaimana tidak, Mentri Patra memilih tetap bertahan mengabdi di pedalaman Papua meski seorang diri usai ditinggal pergi rekan kerjanya.
Tak hanya itu, helikopter yang dijanjikan akan menjemputnya si akhir masa pengabdian juga tak kunjung tiba.
Hingga akhirnya, Mantri Patra menghembuskan nafas terakhir usai sakit keras.
Dikutip dari Antara, Mantri Patra setidaknya sudah empat bulan lebih mengabdi di Kampung Oya Distrik Naikere, Teluk Wondama.