Bukan tanpa sebab, ketidakpulangan prajurit TNI si musim mudik ini mayoritas dikarenakan biaya transportasi yang terlampau tinggi dan waktu yang terbatas.
“Mayoritas mereka tidak mudik (pulang kampung) karena pertimbangan biaya transportasi dan waktu. Dari kedinasan, pada dasarnya kita berikan ijin semuanya.
Salah satunya Praka Akhmad Ramzi, asal Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).
Terakhir, dia mudik tahun 2013, enam tahun silam,” jelas Danyon Mayor Arm Lukas seperti yang dikutip Grid.ID pada Senin (3/5/2019) dari laman resmi TNI AD.
Selain itu menurut Danyon Lukas, untuk mendapatkan tiket mudik tidaklah mudah bagi para prajurit TNI.
Hal ini dikarenakan dinamika satuan yang dinamis membuat prajurit tak berani beli tiket dari jauh-jauh hari.
“Dinamika satuan saat ini sangat dinamis, sehingga para prajurit tidak berani beli tiket jauh-jauh hari.
Nah, pas waktunya, ternyata harga (tiket) yang tersedia mahal, dan itu pun jadwal berangkat dan kembali tidak sesuai alokasi dari satuan,” lanjutnya.
Praka Akhmad Ramzi pun mengakui bila biaya mudik yang tinggi adalah salah satu pertimbangannya untuk tidak pulang ke kampung halaman.
Ia mengatakan bisa saja ia menggunakan transportasi kapal laut untuk menghemat biaya, tapi waktu libur yang ia milii tidaklah banyak.
Sehingga daripada menghabiskan biaya yang ia punya untuk mudik ke kampung halaman, lebih baik uang itu Praka Akhmad Ramzi kirimkan untuk keluarga di kampung.
“Kalau mudik dengan pesawat udara, biayanya tinggi sekali, sementara kalau menggunakan kapal laut membutuhkan waktu sekitar 3 hari.