Ia kemudian membeberkan pandangannya.
Cak Nun menilai kedaulatan berada di tangan rakyat seutuhnya, karena Indonesia adalah negara demokrasi.
Ia memandang seseorang yang dipilih rakyat untuk menjadi presiden hanya karyawan kontrak selama lima tahun.
"Itu bukan soal kesombongan, lo katanya rakyat, rakyat kan yang megang kedaulatan, katanya demokrasi," ujar Cak Nun.
"Lo presiden kan outsourcing, buruh 5 tahun, buruh lima tahun kok manggil-manggil bos," imbuhnya disambung gelak tawa hadirin.
"Buruhnya melamar ketemu bos, kan begitu, kalau sudah melamar, saya tidak bisa (menolak), namanya tamu harus kita hormati, tapi saya bilang, 'Tuhan kalau tidak baik yang tidak usah datang, bagaimana caranya'," sambungnya.
Cak Nun mengatakan, akhirnya tamu yang ia maksud tidak pernah bertemu semuanya.
Baca Juga : AHY Lagi Asyik Wawancara, Jokowi Tutup Pintu dan Melintas di Belakangnya
Dalam acara tersebut, Cak Nun juga sempat menyoroti perlindungan terhadap para penegak hukum, seperti KPK.
Menurut Cak Nun, KPK harus memiliki paling tidak 3 perlindungan.
Seperti perlindungan intelejen, perlindungan kultural, dan perlindungan spiritual.
"Supaya Anda tidak mudah ditembak, disiram air keras, mudah-mudahan nanti, kalau nanti ada yang mau menembak Anda, malaikat memegangi pelurunya, dan begitu sampai ke Anda menjadi duit," ujar Cak Nun disambut tawa hadirin.