Bahkan, Putra pernah menemukan bug dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Catatan waktu itu cukup kontras jika dibandingkan dengan instansi-instansi swasta yang biasanya membutuhkan waktu satu hari.
Berbagai macam situs pemerintah sudah pernah ia retas, mulai dari situs pemerintah kota, provinsi, kementerian, Komisi Pemilihan Umum (KPU), hingga Badan Narkotika Nasional (BNN).
"Kalau (situs) pemerintah itu biasanya bisa masuk ke database, jadi data-data yang ada sama pemerintah bisa dilihat," ujarnya.
Data-data yang bisa dilihat cukup lengkap, mulai dari nama, tempat tanggal lahir, hingga kediaman setiap warga yang masuk dalam database tersebut.
Database itu kemudian bisa dijual para black hat hacker ke berbagai pihak dan disalahgunakan.
"Kebanyakan data-data itu dijual para black hat ke dark web," kata Putra.
Meski bisa mendapatkan keuntungan besar dari menjual data-data tersebut, Putra sama sekali tidak tergoda melakukannya.
Anak bungsu dari empat bersaudara itu lebih memilih melaporkan temuan-temuannya ke pengelola situs.
Baca Juga : Berawal dari Game Online, Bocah Tangerang Ini Jadi Hacker Sangar dengan Membobol Situs NASA
Namun, Putra menyayangkan lambatnya respons pemerintah terkait laporan temuan tersebut.