Baca Juga : Bocah 3 Tahun Ditemukan Menangis di Ladang Jagung, Diduga Bagian dari Penyelundup yang Sedang Dikejar
Pada kebanyakan kasus, kebiasaan ini tidak berbahaya.
Namun jika bunyi itu dirasakan oleh rasa sakit atau bengkak, bisa jadi ada indikasi cedera dan perlu perhatian medis.
Dr Robert Glatter, dokter darurat di Lenox Hill Hospital, New York City menyebut bahwa secara umum retakkan leher perlu dihindari karena bisa menyebabkan pecahnya dinding pembuluh darah kritis yang memasok darah ke otak.
"Robekan di dinding pembuluh darah dapat menyebabkan stroke jika gumpalan darah terbentuk di lokasi cedera, dan kemudian pecah dan memnlokir aliran darah ke otak," ungkap Glatter dikutip dari Live Science, Jumat (19/04/2019).
Tak hanya itu, menurut Glatter, meretakkan leher juga dapat merusak saraf, ligamen, dan tulang.
Dalam kasus Kunicki, dia bahkan tidak berusaha untuk meretakkan lehernya.
"Saya baru saja bergerak, dan itu (bunyi krek) terjadi," katanya kepada situs berita Inggris Unilad.
Ahli bedah Kunicki mampu memperbaiki arteri yang rusak, meskipun mereka tidak dapat menghilangkan bekuan darah yang terbentuk.
Meski begitu, gumpalan darah itu diperkirakan akan larut seiring waktu tanpa menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Dengan kata lain, kelumpuhan Kunicki bertahan pada minggu-minggu setelah operasi saja.