Jarvis berhasil menarik diri dari tempat tidur dan keluar dari pintu ke taman.
“Saya benar-benar tidak ingat banyak hal selain mendengar diriku berusaha bernapas,” katanya.
Untungnya, sang kekasih, Christian Henry-May (26), langsung memanggil ambulans dan membawanya ke rumah sakit.
Jarvis dibawa ke rumah sakit di mana dia tinggal selama tujuh hari, di mana lengan bergerak tak terkendali hampir sepanjang waktu.
Setelah dipulangkan ke rumah, Jarvis mulai mengalami kejang berulang. Pada kejang yang ketiga, dia diberi obat.
Dia dirawat di rumah sakit lagi pada 5 Maret ketika dia menderita kejang keempat.
"Stroke itu berada di sisi kanan di atas otak saya. Pembengkakan menjadi terlalu banyak (untuk otak saya) itulah sebabnya saya tetap kejang,” ujarnya.
“Lagipula, ada banyak pembengkakan … saya menjadi buta sementara di satu mata karena pembengkakan tetapi itu kembali sekarang," kenangnya.
“Di rumah sakit, dokter mendiagnosis, pil kontrasepsi yang melakukannya. Lapisan pada pil yang saya pakai telah menyebabkan reaksi," lanjut Jarvis.
Mengutip National Health Service, penggunaan pil kontrasepsi (pil KB) dalam waktu yang lama dapat menimbulkan reaksi kesehatan pada tubuh.
Pil KB dapat meningkatkan risiko pembekuan darah karena estrogen meningkatkan jumlah agen pembekuan darah dalam tubuh.
Jika bekuan darah bergerak dan menyumbat pembuluh darah yang memasok otak, hal ini dapat menyebabkan stroke.