Nokubonga tidak punya pilihan lagi selain mengandalkan dirinya sendiri.
"Saya takut, namun saya terpaksa pergi karena itu putri saya," ujarnya.
"Saya berpikir bahwa ketika saya sampai di sana, dia mungkin sudah meninggal. Karena dia mengenal para pelakunya dan mereka mengenalnya, mereka mungkin berpikir untuk membunuhnya supaya dia tidak melapor," kata Nokubonga.
Sebelum pemerkosaan terjadi, Siphokazi pergi mengunjungi teman-temannya di empat rumah kecil di desa yang sama.
Namun, dia ditinggalkan sendirian dalam keadaan tertidur tatkala teman-temannya keluar pada pukul 01.30 dini hari.
Baca Juga : Membedah Kehidupan Suku Togutil Primitif di Halmahera yang Diduga Serang 3 Pemburu hingga Tewas
Tiga pria yang sedang minum-minum di salah satu rumah kemudian menyerangnya.
Ada dua ruangan di gubuk Nokubonga. Ruangan pertama adalah kamar tidurnya dan ruangan lainnya adalah dapur. Dari tempat itu perempuan tersebut mengambil sebilah pisau.
"Saya mengambilnya karena perjalanan dari sini ke tempat lokasi kejadian tidak aman. Saat itu gelap dan saya harus menggunakan senter pada ponsel saya untuk menerangi jalan," kata dia.
Nokubonga bisa mendengar jeritan putrinya ketika dia mendekati rumah tersebut.
Saat memasuki kamar tidur, pancaran sinar dari ponselnya membuat dia dapat menyaksikan pemandangan mengerikan, putrinya tengah diperkosa.