Ketika Perang Asia Timur Raya berkecamuk 1941, Omar Barack menjadi penyiar Radio Tokyo.
Melalui radio Jepang ini, Omar melampiaskan kekesalannya pada Belanda yang menjajah Nusantara termasuk Samarinda.
"Dengan suara menggelegar, Omar mempropagandakan misi Jepang membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Keberpihakannya terhadap Jepang sekaligus membangkitkan semangat nasionalisme rakyat untuk anti-Belanda," ujarnya.
Baca Juga : Demi HP Seri Terbaru, Wanita Ini Rela Jual Sel Telur, Tapi Malah Terkena Kanker Ovarium
Tepat pada tahun 2002 Omar menghubungi seorang sahabatnya, tokoh Samarinda.
Melalui telepon, Omar berucap kepada sahabatnya itu, "Semoga buku yang Dinda rencanakan akan selesai pada waktunya."
"Seminggu setelah itu Omar menghembuskan nafas terakhirnya. Ia wafat dalam usia 85 tahun. Sahabatnya itu menyelesaikan bukunya setahun kemudian," ujarnya.
Buku itu berjudul "Kalimantan Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana".
Penulisnya bernama Abdoel Moeis Hassan, yang juga segera menghadap Ilahi dua tahun setelah bukunya terbit.
Abdoel Moeis Hassan adalah pejuang pembela Republik Indonesia (Republiken), calon Pahlawan Nasional pertama dari Kaltim.