"Banyak organisasi atau perusahaan tidak menerima transgender ... karena mereka bias dan mereka tidak melihat kemampuan yang dimiliki orang transgender," katanya.
Sebuah laporan Bank Dunia yang dirilis pada Maret 2018 lalu, juga menemukan diskriminasi LGBTI di Thailand tidak hanya dalam hal pekerjaan melainkan juga dalam mengakses pendidikan, kesehatan, membeli/menyewa properti, serta perlindungan hukum.
Bahkan jika seseorang telah melakukan operasi pergantian jenis kelamin, identitas serta dokumen-dokumen resmi lainnya tetap mencantum jenis kelamin saat dilahirkan.
Baca Juga : Perjuangan Rina Muharrami Selesaikan Skripsi, Sidang dalam Kondisi Sakit, Saat Wisuda Digantikan Sang Ayah
Baca Juga : Bosan Dibully, Gadis Ini Habiskan 730 Juta Agar Secantik Artis Favoritnya
Keluarga di Thailand juga tidak menerima gaya hidup putra dan putri mereka.
Menurut Kath, masalah budaya di Thailand adalah faktornya, negara itu bukan negara multikultural. "Kami tidak memiliki orang-orang dari kelompok etnis lain. Inilah sebabnya mengapa orang kurang memahami keberagaman.
Meski begitu, menjadi 'salah jalur' bukanlah masalah besar di Thailand.
Ini karena kepercayaan yang dianut oleh mayoritas masyarakatnya.
Keyakinan mereka entah bagaimana berkontribusi pada beberapa penjelasan mengapa kaum LGBT terutama transgender ada.
Orang Thailand percaya roh tidak hanya bereinkarnasi, tapi mereka harus melalui surga atau neraka terlebih dahulu, tergantung pada kehidupan apa yang mereka jalani sebelumnya.
Hukuman yang sangat berat menanti mereka yang melakukan pembunuhan atau kejahatan mengerikan lainnya.