"Waktu di malioboro diusir keamanan. Terus waktu itu juga ada pedagang es teh melempar saya pakai es batu karena dia pikir saya bikin takut pembeli," ungkap Made sambil tertawa.
Hal itu tak menyurutkan keinginan Inem untuk membantu sesama. Bagi Made, berubah menjadi sosok Inem Jogja bisa membuka jalan untuk ia berbagi,
"Saya jadi Inem ini kan untuk mengisi waktu luang. Jadi, seminggu bisa cuma sekali keliling jogja atau kalau emang benar-benar banyak waktu luangnya, yah, bisa seminggu sampai empat kali," jelas Made.
Baca Juga : Satgas Antimafia Bola Temukan Potongan Kertas Dokumen yang Sengaja Dirusak Sebelum Penggeledahan, Ini Isinya

Inem Jogja saat sedang membantu pedagang kecil
Made Dyah Agustina bukanlah wanita biasa. Ia seorang mantan dosen dan sarjana Magister Pertunjukan Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Made yang memiliki darah Bali ini merasa ia tak nyaman dengan profesinya sebagai dosen dan memilih meninggalkan pekerjaan itu.
"Saya senang sih jadi dosen. Tapi, pulang kerja jadi capek, terus nggak ada waktu untuk anak. Makanya saya memilih resign," ungkapnya kepada Kompas.com.

Inem Jogja saat sedang berbagi dengan pengemis
Berawal dari ia yang suka jalan-jalan, Made berinisiatif untuk keliling Yogyakarta sembari membantu orang-orang yang membutuhkan.
"Saya itu suka jalan-jalan tapi nggak mau cuma sekedar jalan-jalan. Terus saya mikir, jalan-jalan juga harus ada manfaatnya," kata Made.
Kini sosok Inem Jogja pun menjadi viral dan banyak dinantikan kehadirannya oleh masyarakat,