Suar.ID -Kita sering melontarkan pertanyaan: berapa waktu ideal yang dibutuhkan seorang anak di sekolah?
Untuk menjawab ini, ada baiknya kita berkaca pada sistem pendidikan di Finlandia.
Di era 1960-an, pendidikan di Finlandia mengalami titik nadir, bahkan sempat kalah dari Amerika Serikat.
Tapi seiring berjalannya waktu, sistem pendidikan di negara tersebut terus membaik, membaik, dan membaik.
Baca Juga : Dulu Dipaksa Kawin-kawinan Eh 10 Tahun Kemudian Kawin Benaran, Inilah Kisah Cinta Lokman dan Alyn
Hingga pada era 2000-an, Finlandia disebut sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.
Jauh di atas Amerika—apalagi Indonesia.
Terkait hal ini, pada 2016 lalu, satiris dan aktivis anti-perang Amerika Serikat Michael Moore tertarik mencari jawabannya.
Satu pertanyaan yang dia lontarkan waktu itu: “Apa yang telah mereka lakukan?”
Moore tahu ke mana harus mencari jawabannya.
Benar, Menteri Pendidikan setempat.
Dan Anda tahu, apa jawaban Ibu Menteri Krista Kiuru terkait pertanyaan Moore tadi?
“Mereka tidak pernah diberi PR!”.
Ibu Menteri kemudian melanjutkan, “Mereka harus menjadi anak-anak, menjadi remaja, untuk menikmati hidup.”
Setelah dari Menteri Pendidikan, Moore melanjutkan petualangannya ke sekolah-sekolah.
Kepada salah seorang guru ia bertanya, berapa lama anak-anak menghabiskan waktunya mereka di sekolah?
Baca Juga : Bisa Fatal Akibatnya, Ini Alasan Kita Tidak Boleh Buang Tisu Basah di Toilet
“Tiga jam sehari, 20 jam dalam seminggu,” jawab guru tersebut.
Dan tiga jam itu tidak diseluruhnya di dalam kelas, justru kegiatan di luar kelas yang diperbanya.
“Jika hanya PR, PR, dan PR, tidak ada waktu untuk belajar, dan itu tidak berguna untuk jangka panjang,” ujar Leena Liusvaara, salah seorang kepala sekolah di Finlandia.
Benar, murid-murid di Finlandia memiliki masa pendidikan yang paling pendek dibanding negara-negara lain.
Meski demikian, mereka lebih berprestasi dibanding murid-murid di belahan dunia lainnya.
“Kami mengajari mereka untuk bahagia, untuk menghargai orang lain dan dirinya sendiri,” ujar seorang guru matematika di negara yang terletak di wilayah Eropa Utara itu.
Baca Juga : Dulu Nikah Diam-diam dengan Miss Moscow, Mantan Raja Malaysia Dikabarkan Segera Ceraikan Istrinya Itu
Faktor-faktor lainnya
Sementara baru-baru ini, Weforum.org pada 10 September 2018 melaporkan, ada beberapa alasan mengapa sistem pendidikan Finlandia kerap menjadi yang terbaik di dunia.
Tidak ada ujian nasional
Finlandia tidak mempunyai tes standar semacam ujian nasional.
Satu-satunya yang ada di sana adalah apa yang disebut sebagai Ujian Matrikulasi Nasional.
Ini adalah ujian sukarela bagi siswa di akhir sekolah menengah atas.
Seluruh peserta didik di Finlandia dinilai berdasarkan individu dan seperangkan sistem penilaian oleh guru.
Kerjasama bukan kompetisi
Sementara sebagian besar negara-negara melihat sistem pendidikan sebagai sebuah kompetisi, orang Finlandia melihatnya dengan cara berbeda.
Pasi Sahlberg, direktur Kementerian Pendidikan Finlandia, menyitir penulis Samuli Paronen, mengatakan:
“Pemenang sejati tidak pernah berkompetisi.”
Cara pandang seperti ini, sialnya, sudah mengakar di setiap kepala orang-orang Finlandia.
Di sana tidak ada daftar sekolah atau guru dengan kinerja terbaik. Satu-satunya norma yang ada dalam pendidikan Finlandia adalah “kerja sama”.
Baca Juga : GridHealth.id, Inspiring Better Health: Menyajikan Informasi Kesehatan Terpercaya
Menguatkan nilai-nilai elementer
Banyak sistem pendidikan cenderung fokus pada peningkatan nilai ujian dan pemahaman dalam matematika atau sains.
Ironisnya, mereka kemudian melupakan bagaimana membentuk siswa dan lingkungan, bagaimana menciptakan iklim belajar yang bahagia, harmonis, dan sehat.
Bertahun-tahun yang lalu, sistem pendidikan Finlandia sudah mengubur itu semua.
Sistem pendidikan Finlandia lebih menyasar pada sesuatu yang bersifat subtantif, alih-alih mengejar nilai bagus dan kompetisi.
Sebaliknya, mereka mencoba menjadikan lingkungan belajar menjadi tempat yang menyenangkan dan lebih adil.
Sejak 1980-an, para pendidik di Finlandia lebih berfokus untuk menjadikan dasar-dasar ini sebagai prioritas pendidikan:
Pendikan harus menjadi instrumen untuk mengimbangi ketimpangan sosial.
- Semua siswa menerima makanan sekolah secara gratis
- Kemudahan akses ke fasilitas kesehatan
- Konseling psikologi
- Bimbingan individu
- Mengenalkan indivu kepada lingkungan kolektif yang setara
Masuk sekolah pada usia yang lebih tua
Orangtua di Finlandia memasukkan anak-anaknya di lembaga pendidikan ketika berusia tujuh tahun.
Dan ketika mulai sekolah, mereka tidak langsung dibebani oleh kewajiban-kewajiban yang justru memberatkan.
Awal sekolah ini adalah masa untuk membiarkan mereka menjadi anak-anak.
Hanya ada 9 tahun masa wajib sekolah yang harus dihadiri oleh anak-anak Finlandia. Selebihnya adalah opsional.
Anak-anak Finlandia tak perlu bangun terlalu pagi untuk pergi ke sekolah
Bangun lebih awal, naik bus, aktivitas pagi, dan berpartisipasi di ekstrakurikuler setelah sekolah, kerap menjadi beban bagi para siswa.
Belum lagi jam sekolah yang dimulai pukul 06.00, alih-alih bisa fokus, justru membuat mereka lebih banyak mengantuk.
Harap diketahui, siswa di Finlandia biasanya memulai belajar pada pukul 09.00 – 09.45 pagi—dan berakhir sekitar pukul 02.00 atau 02.45.
Sebuah penelitian telah membuktikan, waktu belajar yang lebih awal dapat merusak kesejahteraan, kesehatan, dan kematangan siswa.
Uniknya, sekolah-sekolah di Finlandia memiliki lebih banyak waktu untuk istirahat dibanding kelas.
Suasana yang lebih santai
Ada kecenderungan umum tentang apa yang terjadi di Finlandia dengan sekolah-sekolahnya.
Lebih sedikit stres, resimentasi yang kurang dibutuhkan, dan lebih peduli.
Siswa biasanya hanya punya beberapa kelas dalam sehari, selebihnya adalah rekreasi dan bersantai.
Suasana yang lebih santai tak hanya dibutuhkan oleh para murid, tapi juga para guru.
Lebih sedikit PR dan tugas tambahan
Menurut OECD, siswa di Finlandia memiliki jumlah tugas tambahan dan PR paling sedikit dibanding siswa lain di dunia.
Mereka biasanya hanya menghabiskan waktu setengah jam untuk mengerjakan PR di rumah.