Namun tekanan sosial bagi para wanita yang ditinggal mati suaminya ini begitu besar sehingga mereka dari sukarela menjadi dipaksa melakukan pati obong.
Bahkan kadang jika wanita itu tidak mau membakar dirinya, anggota badan si wanita akan dipatahkan supaya tidak kabur.
Kadang-kadang, para wanita akan melarikan diri dan berguling keluar dari tumpukan kayu bakar, namun didorong kembali dengan tongkat bambu ke dalam kobaran api.
Salah satu cerita terkenal mengenai pati obong ini adalah Angling Dharma dan istrinya, Setyawati.
Baca Juga : Permintaan Terakhir Siswi SMK di Bogor yang Tewas Dibunuh Akhirnya Terkabul saat Disemayamkan
Setyawati merasa tersinggung dengan tingkah suaminya dan meragukan kasih sayang dari Angling Dharma.
Menurut Setyawati, melakukan pati obong akan mengembalikan kehormatan dan harga dirinya.
Setyawati lalu bersumpah untuk melakukan Pati Obong pada hari ke 14 saat malam bulan purnama.
Angling Dharma juga memutuskan untuk menemani Setyawati dan mereka akan melakukan pati obong bersama.
Tapi, Angling Dharma malah mengingkari janjinya dan tidak ikut terjun ke dalam api saat istri tercintanya telah luruh menjadi abu.
Pati obong juga terkadang dilakukan karena ingin membuktikan sesuatu yang benar, seperti dalam kisah Rama dan Shinta.