Suar.ID -Setidaknya ada dua faktor alam yang menyebabkan terjadinya tsunami Banten pada Sabtu (22/12).
Pertama gelombang tinggi akibat faktor cuaca, kedua aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang ada di tengah Selat Sunda.
Di antara keduanya, faktor kedua dianggap yang paling kuat.
Dan kini, dua hari setelah terjadinya tsunamin, ilmuwan semakin yakin bahwa faktor kedualah yang menjadi faktor terbesarnya.
Skenario terkuatnya didasari pada hasil pemodelan yang dilakukan Aditya Gusman, ahli tsunami Indonesia di GNS Science Selandia Baru.
Baca Juga : Saat Aliyah yang Tinggal di Kontrakan Semipermanen Grogol Ditagih Pajak Mobil Porsche Rp28 Juta
Menggunakan data waktu tiba yang didapatkan dari tide gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG), Aditya memodelkan lokasi sumber tsunami dan waktu.
Metode ini dikenal sebagai backward tsunami propagation time.
“Hasilnya sumber diprediksi berada di sekitar kepulauan Anak Krakatau dan waktu kejadian sumber tsunami pada 21.02 WIB," katanya.
Hipotesis itu semakin kuat lantaran dalam beberapa hari terakhir Gunung Anak Krakatau terus menerus bererupsi.
Dilansir Fotokita.id pada Senin (24/12/2018), sesaat sebelum bencana tsunami ini memporak-porandakan pantai Anyer sebuah video aktivitas vulkanik Anak Krakatau beredar.
Hal itu direkam oleh Tim Patroli Keplulauan Krakatau Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung Bengkulu.
Video tersebut didokumentasikan pada Sabtu (22/12) pada pukul 18.00 WIB, dalam video tersebut terlihat lontaran material pijar yang terjadi terus-menerus.
Menurut pantauan Tim Patroli Pengamanan Kepulauan Krakatau, Sabtu Pagi (22/12/2018), Gunung Anak Krakatau menunjukkan aktivitas vulkanologi aktif.
Baca Juga : Istri Ifan Seventeen Belum Ketemu, Berada di Belakang Panggung Saat Tsunami Datang
Hal itu ditandai dengan semburan asap dan material disertai dengan getaran-getaran gempa kecil (tremor) yang terus berlanjut hingga siang hari, dan intensitasnya semakin tinggi serta disertai suara-suara letusan.
Aktivitas tersebut, tidak hanya berhenti bahkan bertambah dengan letusan-letusan yang dibarengi keluarnya pijaran api dan suara letusan yang bertambah keras.
Kondisi ini terus berlanjut, dan semakin banyak pijaran api yang terlihat keluar, dekitar pukul 20.30 WIB. Dan terlihat api keluar dari kawah yang sudah berbentuk hembusan api.
Bahkan awan pekat tertiup ke arah angin dan abu vulkanik mengarah ke Pulau Panjang lokasi pos jaga BKSDA.
Melihat kondisi ini Tim khawatir dan seluruh anggota bergegas naik ke kapal patroli dan memutuskan pindah jaga ke Pulau Sertung.
Bahkan dalam perjalanan dari pulau Panjang ke Pulau Sertung, Anak Krakatau kembali meletus, dan ditandai hembusan awan panas, yang terlihat oleh Tim Patroli.
Tim BKSDA terkejut dan memutuskan untuk pergi sejauh mungkin dari Anak Gunung Krakatau, keluar dan menjauh dari kawasan tersebut menuju Pulau Sebesi.