Sementara ibunya tinggal di rumah sakit jiwa dengan skizofrenia, dan Philip hidup secara finansial atas belas kasihan dari anggota keluarganya yang lebih kaya, yang kemudian mengirimkan ke sekolah asrama yang murah.
Tiga tahun kemudian, pada bulan Mei 1937, Elizabeth dan Philip menghadiri penobatan Raja George VI, ayah Elizabeth, yang tiba-tiba menjadi Raja setelah kematian ayahnya, Raja George VI, dan setahun kemudian, penculikan saudaranya, Raja Edward VIII.
Kemudian ternyata, Elizabeth menjadi pewaris tahta dan kehidupan Philip memburuk setelah kematian adiknya, Cecile (bersama dengan suaminya, dua anak, anak yang belum lahir, dan ibu mertua) dalam kecelakaan pesawat dan kematian walinya, Lord Milford Haven, karena kanker tulang.
Baca Juga : Hanya dengan 1 Kalimat Ini, Pangeran Charles Buat Putri Diana Trauma Seumur Hidup
Bukan karena kebetulan keduanya bertemu lagi pada bulan Juli 1939.
Elizabeth, sekarang 13, mengunjungi Royal Naval College di Dartmouth, Devon bersama orangtua dan saudara perempuannya, dan Philip, 18, yang telah mendaftar di sekolah dua tahun sebelumnya, kebetulan satu-satunya pemandu wisata mereka.
Itu adalah cinta pada pandangan pertama, paling tidak untuk remaja belasan tahun bermata lebar, Elizabeth, yang menulis surat-surat Philip dan menyimpan foto berbingkai dari pemuda tampan itu di samping tempat tidurnya.
Pada Natal tahn 1943, Philip menjadi tamu Elizabeth pada perayaan Natal keluarga kerajaan di Kastil Windsor.
Seperti halnya dongeng di mana pangeran dan putri harus mengatasi rintangan sebelum hidup bahagia selamanya, kisah Elizabeth dan Philip pun mengalami sedikit halangan sebelum akhir yang bahagia.
Sementara Raja George VI tidak menginginkan apa pun selain untuk kebahagiaan ‘Lilibet”, kekeasih hatinya, ia memiliki keraguan tentang Philip.
Philip tidak hanya memiliki kemandirian finansial, tetapi ia juga dianggap sedikit ‘kasar’.