Seperti yang telah banyak dilaporkan, ketegangan antara Rusia dan Ukraina dibangun selama berbulan-bulan di luar Krimea.
Di bawah perjanjian 2003 antara Moskow dan Kiev, Selat Kerch dan Laut Azov dibagi jadi dua—sebagian masuk wilayah Rusia, sebagian masuk Ukraina.
Namun baru-baru ini, menurut laporan BBC, Rusia kerap memeriksa semua kapal yang berlayar ke atau dari pelabuhan Ukraina.
Baca Juga : Menurut Ahli, Evakuasi Tubuh John Chau Justru akan Mengancam Keberadaan Suku Sentinel
Tapi Rusia tak akan pernah mau dipersalahkan—termasuk dalam penggunaan kekuatan militer.
Salah satu frasa andalan Presiden Vladimir Putin ketika negaranya menggunakan kekuatan militer adalah selalu “Kami tidak memulainya.”
Hal itu juga berlaku untuk perang Rusia-Georgia 2008 dan munculnya “Little Green Men” (pasukan khusus Rusia) di Krimea pada 2014 lalu—sebelum aneksasi terhadap semenanjung itu terjadi.
Soal konflik di Krimea, Uni Eropa telah meminta Rusia untuk mengembalikan kebebasan di Selat Kerch.
Mereka juga mendesak semua pihak untuk saling menahan diri.
“Kami sepenuhnya mendukung kedaulatan Ukraina dan integritas teritorialnya, termasuk hak navigasi di perairannya,” ujar NATO.
Lebih jauh, mereka juga ingin agar Rusia memberi akses tanpa hambatan bagi kapal-kapal yang hendak berlayar ke pelabuhan Ukraina di Laut Azov.
Laut Azov merupakan perairan dangkal yang terletak di sebelah timur Krimea dan di selatan Ukraina.