“Mereka adalah suku terasing di dunia, jadi mereka yang paling rentan dalam hal kekebalan terhadap penyakit umum seperti flu dan campak,” jelasnya.
Kepada NDTV Grig bilang, upaya untuk mengambil kembali tubuh Chau justru dapat mengancam eksistensi suku Sentinel—begitu juga dengan petugas pengevakuasi.
Baca Juga : Kisahnya Viral, Mahasiswi Ini Hanya Habiskan Rp17 Ribu Sehari untuk Makan Semenjak Ayahnya Meninggal
“Situasi menyedihkan ini jelas mengerikan bagi pria (Chau) dan keluarganya, tapi juga bisa berpotensi sangat menghancurkan bagi Sentinelese, yang bisa terpapar penyakit saat ia sampai di sana,” kata Grig.
Ia mengingatkan, sangat berbahaya bagi Sentinelese jika ada yang mengunjungi tempat tinggal mereka. Siapa pun itu.
Pada 2006 lalu, orang-orang Sentinel membunuh dua nelayan kepiting India yang terdampar di pulau Sentinel.
Sekitar satu minggu kemudian, mereka mencincang tubuh dua orang itu dan memajangnya di atas tiang-tiang bambu yang menghadap ke laut.
Pihak berwenang pun memutuskan tidak mengambil tubuh mereka untuk menghindari kontak dengan Sentinelese.
Lepas dari banyaknya tekanan dari masyarakat lokal untuk mengambil mayat keduanya, apa yang dilakukan para petugas itu mendapat pujian dari para aktivis.
Komentar juga datang dari pihak pemerintahan.
Minggu kemarin, Menteri Luar Negeri India berbelasungkawa terhadap kematian Chau. Tapi ia menegaskan bahwa negaranya masih berpegang dengan pedoman lama terkait kontak dengan Sentinelese.