Suar.ID - Sosok Dhio yang tega membunuh tiga orang anggota keluarganya sendiri yakni ayah, ibu, dan kakak, kini tengah jadi sorotan.
Anak kedua dari dua bersaudara itu terancam hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Terkait motif, polisi awalnya sudah berhasil menemukan motif ditengarai karena sakit hati.
Sebab, tersangka mengaku diminta untuk menanggung kebutuhan sehari-hari keluarga. Sedangkan, tersangka diketahui tidak bekerja.
Penetapan status tersangka kepada Dhio pun menyedot perhatian masyarakat, tak terkecuali guru ngaji tersangka yakni Ahmad Anwari.
Guru yang lama pernah mendidik tersangka mengaku kaget dan lemas mengetahui kabar tersebut.
Ia tak pernah menyangka sosok muridnya yang dikenal aktif berorganisasi itu bisa melakukan hal keji.
"Saya tidak menyangka anak ini melakukan ini. Dari kecil saya mengajar dia mengaji. Anaknya itu sebenarnya apik, saya ya kaget tau-tau anaknya seperti itu. Orangtuanya juga apik, keluarganya sangat apik,"ujarnya dengan nada kecewa.
Saat mengetahui bahwa tersangka pembunuhan tiga anggota keluarga itu adalah DDS, dirinya pun langsung lemas.
Guru ngaji Dheo tak menyangka anak didiknya yang dikenalnya sebagai anak baik hati, berubah menjadi sosok pembunuh sadis.
"Ya Allah, langsung lemes soalnya cah apik (anak baik) itu. Soalnya anaknya apik itu sedikit pun saya tidak curiga. Semalam pas ibunya semaput dia itu sempat ibu ini kenapa, pas dawet itu. Lalu, pas ayahnya keracunan dia juga sempat menolong, tidak ada curiga," tuturnya.
Masa lalu tersangka pada akhirnya ikut dikuak oleh Ahmad Anwari.
Ternyata ada sebuah kejadian yang diduga oleh sang Guru Ngaji Anak Bunuh Keluarga di Magelang sebagai pemicu sakit hati.
Tak hanya rasa iri hati seperti yang selama ini disebut-sebut.
Menurut Ahmad Anwari sifat tersangka DSS mulai berubah sejak lulus sekolah menengah atas (SMA).
Terlebih, setelah Dheo mendapat kecelakaan yang membuat dirinya kehilangan beberapa jarinya.
"Sejak kecelakaan itu, ya sewaktu lulus SMA dia (tersangka) mulai tidak pernah ke masjid. Bahkan, Salat Jumat pun tak pernah kelihatan,"ungkapnya.
Sementara itu, saat disinggung terkait keseharian tersangka DDS termasuk pekerjaannya, Dia mengaku tidak mengetahui pasti.
"Saya juga tidak tahu, katanya pegawai di KAI tapi setelah di cek tidak ada. Dia (DSS) juga tidak pernah kelihatan pergi bekerja, kalau ditanya ke orangtuanya yaitu kerja online. Kalau pernah kuliah atau tidak saya juga tidak mengetahui, memang ada rencana mau coba TNI,"ucapnya.
Kekecewaan yang dirasakan Ahmad Anwari pun masih tersimpan.
Bahkan, dirinya enggan untuk menjenguk tersangka yang saat ini sudah ditahan di Polresta Magelang.
"Enggak (mau menjenguk). Kalau untuk hukuman, kami serahkan kepada aparat negara," urainya.
Sementara itu, tetangga dan warga yang ada di RT yang sama berikan pengakuan tentang sosok DDS.
Warga satu RT dengan korban, Eko Sungkono, menceritakan selama hidupnya para korban terbilang aktif dalam bertetangga.
"Sehari-hari keluarga korban itu bagus, tidak ada masalah dengan lingkungan. Aktif keluarganya, tersangka itu juga aktif ikut pengajian. Keluarga secara umum bagus," ujarnya, Senin (28/11/2022) malam.
Ia menambahkan, keluarga korban pun terbilang harmonis tidak pernah berkonflik dengan warga sekitar.
"Orangnya bagus, tidak pernah ada mengira. Keluarga itu dengan warga sopan, keluarganya harmonis. Memang bapaknya itu kerjanya pindah-pindah, tapi merka tinggal di sini sudah dari dulu, sejak anak-anaknya kecil," terangnya yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Mertoyudan.
Ia pun mengaku kaget dan tak menyangka saat mendengar kabar bahwa pelaku pembunuhan tiga anggota keluarga tersebut adalah anak kedua korban.
"Tak mengira ya, Ibu- ibu di RT juga begitu, ada kabar seperti itu langsung lemas, tidak menyangka," ungkapnya.
Sementara itu, terkait hukuman yang akan diterima tersangka, Dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
"Harapan dari warga gimana sangat prihatin ya. Kami sampai sekarang belum percaya, kalau untuk hukuman pastinya sesuai dengan aturan hukum diserahkan kepada polisi," urainya.