Kisah Pemain Arema Ungkap Detik-detik Tragedi Kanjuruhan, 8 Orang Meninggal Seketika di Kamar Ganti

Senin, 03 Oktober 2022 | 12:30
(Kompas.com/Imron Hakiki)

Suasana kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam

Suar.ID - Tragedi Kanjuruhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur menyisakan duka mendalam bagi banyak orang.

Salah satu pemain Arema Malang pun menceritakan detik-detik menegangkan yang memakan ratusan korban meninggal dunia.

Pemain Arema, Abel Camara menjelaskan kronologi yang dilihatnya saat tragedi kerusuhan laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, pada Sabtu (1/10/2022) malam.

Abel Camara menjelaskan kronologi tragedi kerusuhan Kanjuruhan dalam sebuah wawancara dengan media asal Portugal, Mais Futebol, Minggu (2/10/2022).

Dalam wawancara tersebut, Abel Camara juga menjelaskan tentang rivalitas antara Arema FC dengan Persebaya Surabaya.

Diketahui, sebanyak 125 orang meninggal dunia akibat kerusuhan tersebut.

Jumlah tersebut merupakan update per Minggu (2/10/2022) pukul 22.00 WIB.

Abel Camara mengatakan bahwa ada ketegangan seusai derby Jatim tersebut bertanding.

Diketahui, Arema FC selaku tuan rumah menelan kekalahan dari Persebaya Surabaya dengan skor tipis 2-3.

Menyikapi bahwa klub yang dibelanya kalah, Abel pun mengaku bahwa para pemain Arema kemudian meminta maaf kepada penggemar.

"Ada ketegangan di udara."

"Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar," kata Abel, dikutp dari Mais Futebol, Minggu (2/10/2022).

Twitter.com

Tragedi di Stadion Kanjuruhan

Kemudian, para suporter yang mengetahui tim Arema FC kalah, langsung memanjat pagar.

Dan para pemain Arema FC langsung pergi ke ruang ganti.

"Mereka mulai memanjat pagar, pagar, kami pergi ke ruang ganti," tambah Abel.

Lalu, Abel menjelaskan bahwa beberapa jam berikutnya ia mendengar suara tembakan.

Bahkan, Abel mengaku bahwa ia melihat tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti.

“Sejak saat itu kami mulai mendengar tembakan, mendorong."

"Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami."

"Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti," kata Abel.

Ia pun menjelaskan, akibat kerusuhan tersebut, para pemain Arema FC harus tertahan di stadion selama empat jam.

Lalu, ketika para pemain berhasil keluar, ia melihat darah hingga mobil polisi yang terbakar akibat kerusuhan.

“Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka berhasil membuat semua orang menjauh."

"Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion."

"Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar, tetapi kami memiliki perjalanan yang lancar ke pusat pelatihan kami, kami mengambil mobil dan pulang."

"Sekarang kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi," pungkas Abel.

Baca Juga: Tangis Bocah 11 Tahun Ini Pecah, Saksikan Kedua Orangtua Dimakamkan Akibat Tragedi Kanjuruhan

Editor : Rahma Imanina Hasfi

Baca Lainnya