Suar.ID -Pantas Tak Ada Yang Halangi Pembunuhan 7 Jenderal, Perhatian Warga Lubang Buaya Ternyata Dialihkan Acara Ini saat Malam G30S PKI.
PKI ternyata menggelar pesta kesenian reog ponorogo, pentas lawak, hingga layar tancap padamalam 30 September 1965.
Saksi sejarah G30S/PKI, Yasin (71) mengungkap, ada upaya mengalihkan perhatian warga sekitar pada malam pembantaian tujuh jenderal.
"Seingat saya, banyak warga yang menyaksikan reog ponorogo," kata Yasin kepada Tribun Network.
Kala itu, sejumlah truk hingga bus hilir mudik melintas masuk ke arah tempat yang sekarang menjadi Monumen Pancasila Sakti.
Menurut dia, tidak ada satupun warga yang menaruh curiga.
Lantaran, sudah kalut dalam acara kesenian.
"Rumah saat itu sangat jarang dan kebanyakan masih pohon karet,"
"Sehingga warga tidak mengetahui pasti, apa yang terjadi," ujarnya.
Sampai akhirnya terbongkar penemuan mayat 7 jenderal di dalam sebuah sumur.
"Setelah ditemukan, baru sadar, kalau pas waktu saya sama warga di sini, nonton layar tancap dan reog," ucapnya.
Yasin baru tersadar, tronton yang melintas, kemungkinan membawa mayat dan para pahlawan.
"Soalnya ramai tuh, tentara pakaian lengkap dan bawa senjata," ungkap dia.
Ia pun berpesan kepada generasi penerus bangsa.
Supaya, tidak mudah terhasut kelompok tertentu.
Yasin berpandangan, zaman dulu banyak orang yang mudah termakan iming-iming.
Sehingga, PKI menjadi partai besar.
"Jangan sampai tertipu,"
"Karena misalnya ditawari duit, kita jangan terburu-buru soal itu,"
"Harus melihat, ujungnya seperti apa,"
"Kita tidak ingin, peristiwa PKI terulang," katanya.
Yasin pun menceritakan rasa trauma yang kini dialami warga Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Saat peristiwa, Yasin masih duduk di kelas 3 Sekolah Dasar.
Penggerebekan yang dilakukan prajurit PKI ke perkampungan membuat warga ketakutan.
"Penggerebekan besar-besaran membuat trauma warga sekitar," kata Yasin mengisahkan pengalamannya.
Yasin menuturkan pada zamannya warga kampung tidak paham apa yang sebenarnya terjadi.
Menurut dia, sulit membedakan mana PKI dan mana Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
"Orang kampung di sini ibaratnya bodoh dan tidak mengerti persoalan begitu," ucap Yasin yang dulunya berprofesi penjual papan penggilasan.