Suar.ID- Saat kita membeli makanan yang dibungkus, tak jarang kita mendapati makanan tersebut dibungkus dengan kertas cokelat.
Sebagian besar pedagang tentu tak asing dengan kertas cokelat pembungkus nasi ini untuk digunakan bungkus makanan.
Meski sekilas nampak higienis dan tak bermasalah, ternyata kertas cokelat pembungkuhs makanan ini bisa berbahaya bagi kesehatan.
Bahkan ancaman kanker dan kesuburan para wanita juga bisa jadi taruhannya, kok bisa ya?
DilansirSajian Sedap yang mengutipTribun Solo,kertas cokelat pembungkus makanan ini ternyata bisa mudah terkontaminasi racun.
Apalagi jika kertas cokelat ini sudah digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Berikut ini penjelasan dari pakar toksikologi kimia terkait racun yang ada pada kertas cokelat pembungkus nasi ini.
“Kertas berwarna cokelat untuk pembungkus, biasanya bungkus nasi, dilapisi oleh sebuah lapisan plastik supaya tidak mudah bocor.
Lapisan itulah yang berbahaya,” tutur Dr. rer. nat (doktor ilmu sains) Budiawan kepada Kompas.com, Selasa (1/9/2019).
Senyawa yang terkandung di dalam plastikpelapis kertas cokelat itu, sebut Dr Budiawan, antara lain Bisphenol A dan Petalite.
“Petalite yang membuat plastik tersebut menjadi elastis,” tambahnya.
Namun, lanjut Dr Budiawan, petalite ini akan menjadi bahaya apabila senyawa-senyawa tersebut terlepas dari lapisan plastik.
Hal ini dipacu oleh jenis makanan yang dibungkus dalam keadaan panas (suhu tinggi).
“Senyawa-senyawa tersebut akan dilepaskan jika makanan yang dibungkus bersuhu panas, bersifat asam, atau berlemak,” tuturnya.
Memiliki Efek Jangka Panjang
Ia juga menjelaskan, efek yang dirasakan tubuh ketika terpapar senyawa-senyawa tersebut memang tidak langsung.
Butuh waktu 5-20 tahun sampai tubuh merasakan efek dari pembungkus berwarna cokelat tersebut jika dipakai rutin.
“Efek pada kesehatan memang jangka panjang. Efek kronisnya bisa menghambat kesuburan, bersifat karsinogenik (kanker), dan mutagenik (perubahan-perubahan pada gen manusia),” tambahnya.
International Agency Research on Cancer memasukkan senyawa-senyawa karsinogenik dalam kategori 2 atau 3.
“Ada urutannya mulai dari 1A, 1B, 2A, 2B, dan 3. Tiga masih rendah, bukti-bukti ilmiahnya masih terbatas. Tetapi harus tetap diwaspadai.
Ini bukan hanya berlaku pada kertas cokelat, tapi juga pembungkus plastik lainnya,” lanjut dia.
Lalu, apa medium terbaik untuk membungkus makanan?
Dr Budiawan mengatakan, pembungkus alami adalah salah satu solusi.
“Misal daun jati, daun pisang, atau daun-daun lainnya,” tuturnya.
Namun terkadang pasokan daun untuk pembungkus makanan juga terbatas.
Hal ini menurut Dr Budiawan bisa diakali dengan membawa sendiri tempat makanan yang food grade.