Suar.ID -Timor Leste Semakin Menderita, Usaha Kecil malah Dikuasai Warga Pendatang, Rakyatnya Pontang-panting Susah Cari Makan Terpaksa Cari Kerja di Luar Negeri.
Memutuskan berpisah dari Indonesia pada 1999, Timor Leste bukannya makin sejahtera.
Sebaliknya, warga negaranya makin menderita hingga memilih untuk merantau ke luar negeri.
Sementara itu, usaha kecil justru dikuasai warga negara asing, Tiongkok.
Penduduk muda usia 15-24 tahun di Bumi Lorosae memilih mencari pekerjaan di Eropa.
Kaum muda yang jumlahnya hanya 20 persen itu diketahui antre di depan Kedutaan Besar Portugal di Dili demi mendapat paspor Portugal.
Selain masalah pengangguran, harga bahan makanan juga terbilang tinggi.
Harga rata-rata untuk sekali makan di restoran-restoran di Timor Leste mencapati USD 3 atau setara Rp 42 ribuan.
Bahkan, harga air mineral berukuran 330 ml dihargai USD 0,67 atau Rp 9.400 yang mana hampir 2 kali lipat daripada di Indonesia.
Hubungan Timor Leste dan Tiongkok akhir-akhir ini pun terus menjadi perbincangan publik.
Karena tidak hanya memberikan pinjaman saja.
Namun ternyata, kedatangan 4 ribu masyarakat Tiongkok juga ada maksud lain.
Kini, terkuak alasan 4.000 masyarakat China pindah ke Timor Leste.
Tak disangka, China rupanya juga menyediakan banyak biaya pembangunan bagi Timor Leste.
Selain memberikan pinjaman utang dalam proyek Tasi Mane, diketahui ada 4.000 orang China yang menetap di Timor Leste dan mendirikan basis ekonomi, mulai dari skala kecil hingga besar.
Diwartakan South China Morning Post, di Plaza Timor, nyaris semua toko dan tempat perbelanjaan dimiliki oleh orang Tionghoa.
Salah satu pedagangnya bernama Ma Liyu, seorang wanita yang mengaku berasal dari kota Ningde di Provinsi Fujian, Tiongkok.
Ma Liyu rela datang jauh-jauh ke Timor Leste untuk berdagang daun teh dan aksesoris handphone.
Ia memutuskan pindah sejak 11 tahun lalu.
Lantaran, ia mendengar kabar akan sangat mudah untuk menghasilkan uang di negara Timor Leste.
Namun tentu saja, prosesnya tidak mudah.
Baca Juga: Hore! Bukan Cuma Indonesia, 3 Negara Ini Ternyata Sudah Setuju dan Dukung Timor Leste Gabung ASEAN
Ma Liyu menuturkan, dirinya sempat ditipu oleh imigran China lainnya dan harus kehilangan tabungannya sebanyak 70.000 dollar AS (sekitar Rp 100 juta).
"Mereka orang China bisa menipu satu sama lain,"
"Mereka ingin menipu Anda demi uang,"
"Mereka menghasilkan uang, Anda kehilangan uang, ini memang sering terjadi," imbuhnya.
Menurut Ma, ada banyak persaingan yang terjadi di Timor Leste antara orang-orang dari China.
Namun mereka menuturkan, lebih enak tinggal di Timor Leste.
Mica Barreto Soares, seorang peneliti tentang hubungan China-Timor-Leste dan kontributor Routledge Handbook of Contemporary Timor-Leste 2019 mengungkap penelitiannya.
Ia memperkirakan, sekitar 4.000 Migran China tinggal di negara itu pada 2019.
Mereka telah mendirikan 300 hingga 400 perusahaan bisnis.
Hal ini termasuk usaha menjual barang-barang murah dan bahan bangunan, serta menjalankan restoran, hotel, rumah bordil, warung internet, dan pompa bensin.
Namun, Kedutaan Besar China di Dili tidak pernah merilis angka tentang berapa banyak warganya yang berada di Timor Leste.