Suar.ID - Seorang pria yang berprofesi sebagai teknisi listrik di rumah sakit, mengaku bersalah atas pembunuhan dua wanita pada 1987.
Tak hanya itu, dia juga mengatakan telah melecehkan secara seksual sejumlah mayat dan disebut sebagai kasus nekrofilia terburuk dalam sejarah hukum Inggris.
Dilansir dari The Guardian, kepolisian Kent melaporkan bahwa David Fuller mengaku bertanggung jawab atas terbunuhnya Wendy Knell (25) dan Caroline Pierce (20), dalam serangan terpisah di Tunbridge Wells, Inggris pada 1987.
Pria berusia 67 tahun itu mengubah kesaksiannya pada Kamis (4/11/2021), di tengah persidangannya di Pengadilan Maidstone, Inggris, yang mendengar bahwa dia telah melakukan pelecehan seksual terhadap kedua wanita itu seusai membunuh mereka.
Pengadilan juga mendengar Fuller melakukan pelecehan seksual terhadap mayat wanita di kamar jenazah Rumah Sakit Kent and Sussex serta Rumah Sakit Tunbridge Walls, saat dia bekerja di sana.
Polisi telah mendeteksi setidaknya 99 calon korban Fuller, dalam apa yang diyakini sebagai kasus nekrofilia terburuk dalam sejarah hukum Inggris.
Sebelum persidangan pembunuhannya, Fuller mengaku bersalah atas 51 pelanggaran lainnya, termasuk dakwaan terkait 78 korban yang berhasil diidentifikasi diserang secara seksual di kamar jenazah.
Hal itu memungkinkan, karena Fuller bekerja selama bertahun-tahun sebagai teknisi listrik di rumah sakit sehingga memiliki akses ke semua ruangan.
Aksinya itu diyakini telah dilakukan antara 2008 hingga November 2020.
Kepolisian Kent merilis wawancara yang dilakukan oleh Fuller dengan detektif, di mana pria itu mengakui seluruh perbuatannya.
"Saya ingin mengakui. Saya mengakui pelanggaran tetapi saya tidak benar-benar ingin menjelaskan secara rinci,” kata Fuller dalam rekaman tersebut.
Ketika rumah Fuller digerebek, polisi menemukan 4 juta gambar yang menunjukkan aksi pelecehan seksual.
Sebagian besar diunduh dari internet, tetapi Fuller juga merekam dirinya sendiri dengan para mayat.
“Penggeledahan di rumah Fuller setelah penangkapannya, menemukan hard drive yang disembunyikan di tempat persembunyian di rumahnya, mengungkapkan bukti pelanggaran seksual yang produktif dari apa yang belum pernah dilihat pengadilan Inggris sebelumnya,” kata Crown Protection Service (CPS).
“Antara 2008 dan 2020, Fuller telah merekam dan memotret dirinya sendiri yang melakukan pelecehan seksual terhadap tubuh lusinan wanita dan gadis di dua kamar jenazah rumah sakit Tunbridge Wells, yang dapat dia akses melalui pekerjaannya sebagai supervisor pemeliharaan.”
Kasus tersebut terungkap setelah Fuller ditangkap pada 3 Desember tahun lalu atas tuduhan pembunuhan.
Korban pertamanya adalah Wendy Knell, yang ditemukan tewas dengan luka parah di apartemennya di Guildford Road pada 23 Juni 1987.
Lima bulan kemudian, Fuller menculik korban keduanya, yakni Caroline Pierce di luar rumahnya di Grosvenor Park.
Tubuh Pierce ditemukan di sebuah kanal air di St Mary-in-the-Marsh pada 15 Desember 1987.
Bukti DNA dari kedua tubuh wanita tersebut menghubungkan Fuller dengan pembunuhan mereka.
Jaksa Duncan Atkinson QC mengungkapkan, penangkapan Fuller dilakukan setelah analisis baru terhadap bukti DNA berusia puluhan tahun dan penggeledahan rumah terduga pelaku.
Petugas kemudian menemukan empat buah hardisk dengan total penyimpanan data sebesar 5TB yang terpasang di bagian belakang lemari.
"Ketika hard drive ini diperiksa, ditemukan berisi sekumpulan kebejatan seksual yang tak terbayangkan," kata Atkinson.
Rekaman itu termasuk gambar ketika Fuller melakukan pelecehan seksual terhadap mayat di kamar jenazah Rumah Sakit Kent and Sussex.
Dalam sebuah wawancara polisi, Fuller mengaku menggunakan Facebook untuk mencari foto orang-orang yang dilecehkannya di kamar jenazah.
Beberapa gambar disusun dalam folder bertuliskan nama-nama korban, yang dia dapatkan dari data rumah sakit.
Atkinson mengatakan gambar-gambar tersebut memberikan bukti bahwa Fuller melakukan tindakan itu karena "kepuasan seksual" dan bukan penyakit mental.
Dilansir dari Newsweek, kepolisian di East Sussex menuduh Fuller sebenarnya telah melakukan pelecehan seksual terhadap 99 mayat selama 12 tahun, tetapi hanya 78 di antaranya yang berhasil diidentifikasi.
"Sayangnya, kemungkinan besar beberapa korban tidak akan pernah diidentifikasi," kata Kepala Detektif Inspektur Paul Fotheringham kepada BBC.
Penyelidik mengatakan Fuller bekerja pada larut malam di rumah sakit dan akan mengunjungi kamar jenazah setelah para staf pergi.
Disebutkan bahwa dia sering "mendatangi mayat yang sama berulang kali."
Dalam data yang ditemukan pada hard drive, disket, DVD dan kartu memori di rumah Fuller, terdapat rekaman yang menunjukkan pria itu menganiaya tubuh wanita, termasuk tiga anak.
Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) telah meminta semua fasilitas kesehatan dengan akses kamar jenazah dan kegiatan postmortem, untuk meninjau catatan masa lalu serta kebijakan akses mereka.
NHS berusaha untuk menentukan apakah kejahatan yang serupa mungkin telah terjadi, dan apakah kamar mayat memerlukan perubahan aturan untuk membatasi akses kamar jenazah.