Kerap Dianggap Bulan Keramat, Ini Dia Penjelasan Beragam Makna Mitos Seputar Bulan Suro Bagi Masyarakat Suku Jawa

Selasa, 31 Agustus 2021 | 07:30
Tribun Sumsel

Berikut ini penjelasan beberapa mitos seputar bulan suro bagi masyarakat suku jawa

Suar.ID - Bagi masyarakat suku Jawa, Bulan Suro kerap kali merupakan momen yang cukup disakralkan dari generasi ke generasi.

Bulan Suro sendiri jatuh pada bulan Muharam di tahun Hijriyah.

Banyak mitos yang beredar tentang bulan Suro ini yang ternyata sampai hari ini masih saja dipercaya banyak orang.

Sebenarnya apa saja sih mitos yang berkaitan dengan Bulan Suro ini?

Benarkah mitos tersebut benar-benar valid di dalam realitas masyarakat?

Simak yuk penjelasan lebih lanjut.

Baca Juga: Pantang Dilanggar, Ternyata Begini Penjelasan Makna Mitos Larangan Anak Pertama Menikah dengan Anak Ketiga Menurut Primbon Jawa

DilansirTribunSumsel.com berikut ini beberapa mitos tentang Bulan Suro yang dipercaya oleh masyarakat suku Jawa.

1. Tidak Boleh mengadakan Pernikahan

Masyarakat suku Jawa percaya bahwa jika mengadakan pernikahan pada Bulan Suro akan mendatangkan kesialan pada pihak keluarga.

Hal ini sudah menjadi adat budaya serta tradisi masyarakat Jawa yang melarang orangtua menikahkan anaknya pada bulan Suro atau Bulan Muharram ini.

Karena ada beberapa anggapan bahwa jika mengadakan pernikahan pada bulan suro malah akan menyaingi ritual keratin yang akan menjadi sepi.

Memang sebagaian orang pasti mengangap hal ini adalah mitos semata, tetapi masyarakat masih percaya dengan hal ini.

2. Menunda Pindah Rumah

Masyarakat jawa percaya bahwa pada bulan suro bukan hari yang baik untuk melakukan pindah rumah.

Baca Juga: Percaya Nggak Percaya, Ini Jawaban tentang Mitos Larangan Membawa Bunga Ketika Menjenguk Orang Sakit, Pamali?

Jika menentang hal ini maka akan mengalami kesialan serta terjadi ketidak harmonisan dalam rumah tangga.

3. Dilarang mengadakan pesta hajatan

Kita ketahui bahwa bulan suro adalah bulan yang penuh kesialan, sehingga masyarakat jawa masih mempercayai larangan mengadakan pesta hajatan.

Pesta hajatan di sini tidak hanya resepsi pernikahan, tetapi juga hajatan lain seperti sunatan, danperayaan lainnya.

Masyarakat Jawa percaya bahwa Bulan Suro ini merupakan bulan untuk 'rehat' dari beragam perayaan yang penuh hingar bingar.

Jika ditelisik secara logika, rehat di sini juga memberi kesempatan bagi masyarakat agar tidak melakukan pemborosan setelah 11 bulan lain banyak mengadakan hajatan.

Selain itu, di bulan ini, mereka juga disarankan memperbanyak amalan.

Bulan Suro atau Muharam dianggap sebagai bulan pertama dalan kalender Hijriyah, sehingga untuk membuka tahun baru ada baiknya orang-orang memperbaiki diri melalui perbaikan amalan ibadah.

Baca Juga: Makna Mitos Larangan Menikah dan Bikin Hajatan di Bulan Suro, Benarkah Rentan Cerai dan Membawa Sial?

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad

Sumber Tribunsumsel.com