Suar.ID -Pernah Sebut Warga Sumatera Barat Kurang Pancasilais, Maksud Tersembunyi Puan Maharani Pakai Baju Adat Bundo Kanduang Dibongkar Pengamat Politik.
Ketua DPR RI, Puan Maharani menghadiri Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI, di Istana Merdeka, Selasa (17/8/2021).
Didaulat membacakan Teks Proklamasi, cucu proklamator Bung Karno tersebut mengenakan pakaian tradisional Bundo Kanduang, asal Lintau, Tanah Datar, Sumatera Barat.
“Negeri yang merdeka ini tidak hanya harus berdaulat secara politik dan berdikari secara ekonomi, tetapi juga berkepribadian dalam budayanya,” ujar Puan mengutip Trisakti Bung Karno, Selasa (17/8/2021), dalam tayangan Youtube Sekretariat Presiden.
Mantan Menko PMK ini memakai busana Bundo Kanduang bernuansa krem, merah dan emas.
Busana adat yang biasa disebut juga dengan Limpapeh Rumah Nan Gadang merupakan busana yang biasa dipakai oleh wanita Minang di Minangkabau, Sumatera Barat.
Baca Juga: Nggak Nyangka! Survei Membuktikan Puan Maharani Ternyata menjadi Kandidat Terkuat di Bursa Cawapres
Sebagai informasi, busana ini biasa dipakai oleh seorang wanita yang telah dewasa atau yang telah menikah, dengan memakai Tingkuluak Balenggek, penutup kepala yang berasal dari Lintau, Tanah Datar.
Oleh wanita Minang, busana Bunda Kanduang biasa dipakai pada acara adat seperti pernikahan, pengangkatan datuak, dan lainnya.
Makna dari busana ini adalah merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah keluarga.
Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta Ujang Komarudin menilai, hal itu dilakukan Puan untuk mengobati rasa kekecewaan warga Sumbar.
Sebab, beberapa waktu lalu pernyataan Puan terkait warga Sumbar yang kurang Pancasilais menuai kontroversi.
"Mungkin Puan ingin mengobati rasa kekecewaan masyarakat Sumbar."
"Biasanya jika ada masalah, itu terbayang-bayang terus."
"Rekaman jejak kontroversi tersebut sepertinya ingin dibayar lunas dengan menggunakan pakaian adat Sumbar tersebut."
"Itu simbolik tapi punya makna," kata Ujang saat dihubungi Tribunnews, Rabu (18/8/2021).
Menurut Ujang, penggunaan simbol efektif untuk menyelesaikan suatu masalah.
Namun, Ujang menyarankan Puan tak hanya menggunakan simbol, namun diharapkan melakukan aksi nyata.
"Misalnya, pasca Puan menggunakan pakaian adat Sumbar, lalu dia melakukan langkah-langkah komunikasi dan silaturahmi dengan tokoh-tokoh dan masyarakat Sumbar, jadi agar simbolnya hidup," ujarnya.