Suar.ID -Pandemi Covid-19 di Indonesia hingga kini masih belum juga berakhir.
Bahkankini rakyat jelata harus mati-matian bertahan hidup di tengah pandemi virus corona ini.
Di saat masyarakat Indonesia harus mengencangkan ikat pinggang karena pandemi Covid-19, kini muncul Anggota DPR yang terpapar Covid-19 dengan status tanpa gejala dan bergejala ringan ini dapat menjalani isolasi mandiri di hotel.
Fasilitas isolasi mandiri di Jakarta ini bahkan biayanya ditanggung oleh negara.
Dilansir Kompas.com, hal ini diketahui dari suratSekretariat Jenderal DPR tanggal 26 Juli 2021.
Isinya sendiri mengenai pemberitahuan kalau Setjen DPR telah bekerja sama dengan 2 hotel untuk dijadikan tempat isolasi mandiri bagi anggota dewan.
"Hotel yang kerja sama dengan kami itu di Ibis Grogol dan Oasis di Atrium Senen, kita sudah lakukan MoU tapi tentu kami berdoa ya tidak pernah digunakan tentunya, ini kan untuk prepare saja sebetulnya," kata Sekjen DPR Indra Iskandar, Selasa (27/7/2021).
Paket isolasi mandiri yang ditawarkan ini antara lain paket selama 7 hari atau hingga para anggota dewan ini dinyatakan sembuh.
"Kalau masih positif dalam 7 hari biasanya nilai CT sudah tinggi dan bisa di rumah karena tidak menularkan," ujar Indra.
Bagi para anggota dewan yang isolasi mandiri di Hotel Oasis, mereka juga akan menerima sejumlah fasilitas yang terbilang cukup lengkap, mulai dari makan 3 kali sehari, penatu 3 potong pakaian per hari.
Selanjutnya, ada pula wifi gratis dan parkir, konsultasi dokter via telepon setiap hari, kunjungan dokter atau perawat sebanyak dua hingga tiga kali, vitamin, serta satu kali tes PCR pada hari ketujuh.
Indra mengatakan kalau fasilitas serupa juga diberikan bagi mereka yang isolasi mandiri di hotel Ibis.
"Ada perbedaan sedikit tapi teknis, tapi prinsipnya hampir sama," ujar Indra.
Tak cuma anggota DPR, fasilitas isolasi mandiri yang ditanggung negara ini juga dapat digunakan oleh aparatur sipil negara dan juga tenaga ahli di lingkungan DPR.
Diprotes tetangga
Selain itu, Indra juga mengakui kalau anggota DPR memang memiliki rumah jabatan untuk menjalani isolasi mandiri.
Meski begitu, hal ini malah menimbulkan masalah baru karena tak sedikit anggota DPR yang tengah isolasi mandiri ini justru malah diprotes oleh tetangga mereka.
Indra juga menyebutkan kalau isolasi mandiri di komplek rumah jabatan anggota DPR juga riskan karena tiap rumah berdempetan.
"Tetangga-tetangganya banyak yang komplain karena ada anak-anak kecil mereka yang takut keluar rumah sekarang, karena mengkhawatirkan airborne dan macam-macamlah begitu ya akibat penularan pandemi ini," kata Indra.
Masih kata Indra, pegawai di lingkungan DPR juga tak sedikit yang tinggdi rumah kontrakan atau indekos hingga tak bisa menjalani isolasi mandiri dengan layak.
"Kalau ada yang positif tentu kita harus memperhatikan," ujar dia.
Selanjutnya, Indra mengklaim sebelum DPR, sudah ada kementrian /lembaga lain yang menyediakan fasilitas isolasi mandiri gratis di hotel bagi pegawai-pegawainya.
Menurutnya, penyediaan fasilitas ini telah sesuai dengan suratDirektur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Nomor S-369/PB/2020 dan S-308/PB/2020.
"Ada salah satu poinnya menyebutkan dalam hal tidak tersedia mess atau asrama atau wisma, kementerian/lembaga atau satker dapat menggunakan penginapan atau sejenisnya dengan mempertimbangkan efisiensi dan ketersediaan dana dan tenaga," kata dia.
Adapun anggran untuk menyediakan fasilitas isolasi mandiri di hotel ini akan menggunakan anggaran penanganan Covid-19 di DPR yang bersifat kontigensi atau tak dianggarkan secara khusus.
"Tapi kalau just in case ada anggota atau ada pegawai yang positif dan dia harus lakukan isolasi mandiri, kita akan revisi dari anggaran lain misalnya perjalanan luar negeri," ujar Indra.
Tidak merakyat
Fasilitas isolasi mandiri bagi anggota dewan menjadi ironi karena masih banyak masyrakat yang sulit melakukan isolasi mandiri secara layak.
LaporCovid-19 mencatat hingga Kamis (22/7) ada 2.313 orang yang meninggal di luar rumah sakit saat menjalani isolasi mandiri.
Ketua Satgas Covid-19 IDI DKI Jakarta Slamet Budiarto menilai kalau tak adanya dokter yang memantau kondisii pasien setiap harinya menjadi faktor tingginya angka kematian pasien Covid-19 yang isolasi mandiri.
"Mereka itu bingung mau nanya ke siapa, enggak ada dokter pendampingnya. Kalau di luar negeri itu ada dari dokter yang tiap hari video call memantau kondisi pasien isolasi mandiri," kata Slamet kepada Kompas.com, Kamis (22/7/2021).
Dengan memantau pasien isolasi mandiri, dokter pun bisa melakukan deteksi dini sebelum terjadinya pemburukan kondisi pada pasien.
Dokter juga bisa memberi penanganan yang tepat seperti memberi obat-obatan atau merujuk pasiee rumah sakit.
"Tapi masalahnya jumlah dokter kita terbatas. Untuk menangani pasien di rumah sakit saja kurang, apalagi untuk memantau yang isolasi mandiri," katanya.