Suar.ID - Setelah Garuda Indonesia merugi Rp 7 triliun, kini PT KAI mengalami kabar buruk serupa.
KAIdikabarkan mengalami kerugian hingga Rp 315 milyar pada kuartal 1-2021 ini.
Kabar ini tentu saja mengundang respon yang beragam.
Pembahasan kerugian PT KAI ini meluas dari dampak pandemi, resesi, turunnya daya beli, bahkan hingga ke kinerja komisarisnya.
Komisaris PT KAI yang menjabat saat ini adalah Said Aqil Siradj.
Said Aqil ditunjuk oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, sebagai Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen.
Penunjukan Said Aqil sebagai Komisaris mengundang kritik karena dianggap bukan pakar di bidangnya dan dinilai sebagai keputusan bagi-bagi jabatan di lini plat merah.
Kabar hebohnya kerugian PT KAI kali ini bukanlah kali pertama
Dikutip dari money.kompas.com, pada Oktober 2020 lalu, PT KAI sudah mengalami kerugian hingga Rp 2,37 triliun pada kuartal 3-2020.
Itu pun sebenarnya memburuk dari kuartal sebelumnya, di mana kerugian baru mencapai angka Rp 1,5 triliun.
Semua kerugian ini tentu saja merupakan dampak dari pandemi.
Pembatasan sosial berskala besar membuat mobilitas masyarakat tidak bisa leluasa bepergian jarak jauh sepertiketika sebelum pandemi covid-19 ini datang.
Selain itu, meningkatnya jumlah PHK juga menjadi pemicu penurunan daya beli masyarakat.
Oleh sebab itu, baik Garuda Indonesia maupun PT KAI harus mengalami kerugian yang cukup signifikan.
Namun respon warganet tentu tidak sesederhana itu.
Banyak yang menuding bahwa kerugian KAI ini ditengarai oleh ketidakcakapan Komisaris yang menjabat saat ini, Said Aqil.
Salah satukomentar sarkas muncul dari akun @salahud99 "PT KAI rugi 315 milyar. Garuda rugi 70 triliun. Ini semua terjadi karena sikap intoleran di Indonesia cenderung meningkat... NKRI DEAD RICE."
Komentar semacam ini tentu saja menimbulkan reaksi beragam.
Banyak juga yang tidak sepakat dengan pernyataan tersebut.
Sebab sebagian besar masyarakat paham bahwa kerugian di sektor transportasi umum wajar terjadi di tengah kondisi seperti saat ini.
Jika dihitung lagi, angka 315 miliar ini jika dibandingkan pada kuartal akhir 2020 silam yang mencapai 2,3 triliun justru mengalami peningkatan.
Meskipun masih dalam ambang kerugian, semoga PT KAI tetap bisa bertahan dalam melayani kebutuhan mobilitas masyarakat.