Kisah Tentara Bayaran Sudan yang Dikenal Kejam dan Gila Emas, Berawal dari 2003 Saat Pemerintahan Bashir Memobilisasi Gembala Arab untuk Melawan Pemberontak

Rabu, 31 Maret 2021 | 20:07
Radio Dabanga

Hemeti, Komandan RSF .

Intisari-Online.com-Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pernah didakwa dengan kejahatan yang tersebar luas di Sudan.

Termasuk pembantaian pada 3 Juni 2019, lebih dari 120 orang dilaporkan tewas dan banyak yang tewas dibuang ke Sungai Nil.

Menurut laporan BBC, RSF adalah salah satu kekuatan yang berkuasa di Sudan.

Mereka adalah jenis rezim baru: gabungan antara milisi etnik dan perusahaan bisnis, pasukan tentara bayaran transnasional yang telah merebut sebuah negara.

Baca Juga: Terciduk Maling Motor, Pria ini Langsung Dihakimi Massa dengan Cabut Kumis, Sempat Minta Ampun Tapi Tak Dipedulikan, Netizen: Mending ini Lebih Family Friendly...

Komandan mereka adalah Jenderal Mohamed Hamdan "Hemeti" Dagolo.

RSF secara resmi dibentuk berdasarkan dekrit Presiden Omar al-Bashir pada tahun 2013.

Tetapi inti mereka yang terdiri dari 5.000 milisi telah dipersenjatai dan aktif jauh sebelum itu.

Kisah mereka dimulai pada tahun 2003, ketika pemerintah Bashir memobilisasi para gembala Arab untuk berperang melawan pemberontak kulit hitam Afrika di Darfur.

Baca Juga: Bak Bumi dan Langit dengan Raffi Ahmad, Terungkap Alasan Rafathar Dapat Bayaran Kecil Banget saat Syuting: Rp 10 Ribu Atau Rp 20 ribu

Pada 2013, pasukan paramiliter baru dibentuk di bawah Hemeti dan disebut RSF.

Kepala staf angkatan darat tidak menyukainya.

Sementara itu, Hemeti berselisih dengan mantan tuannya, Hilal - perseteruan mereka akan mewarnai Darfur selama 10 tahun.

Oleh karena itu, RSF dibuat dengan kewajiban untuk hanya bertanggung jawab kepada Tuan Bashir sendiri.

Baca Juga: Curi Uang Nasabah hingga Miliaran Rupiah Seenak Jidat, Dua Pegawai Bank Ini pun Harus Siap Masuk Hotel Prodeo, Netizen: Tiba-tiba Gak Inget Dosa

Kamp pelatihan didirikan di dekat ibukota, Khartoum. Ratusan truk pick-up Land Cruiser diimpor dan dilengkapi dengan senapan mesin.

Pasukan RSF berperang melawan pemberontak di Kordofan Selatan dan melawan pemberontak di Darfur.

Financial Times
Financial Times

Jenderal Mohamed Hamdan

Demam Emas

Persaingan Hemeti dengan Hilal meningkat ketika emas ditemukan di Jebel Amir di negara bagian Darfur Utara pada tahun 2012.

Baca Juga: Berbanding Terbalik dengan Isu Kegagalan Pernikahannya dengan Adit Jayusman, Ayu Ting Ting Terang-terangan Minta Seserahan dengan Nilai Fantastis: Gue Mah Realistis

Datang tepat ketika Sudan menghadapi krisis ekonomi karena Sudan Selatan telah memisahkan diri, dengan mengambil 75% dari minyak negara itu, ini tampak seperti anugerah.

Namun anugerah itu dengan segera menjadi kutukan.

Puluhan ribu pemuda berbondong-bondong menyerbu ke sudut terpencil Darfur untuk memperebutkan emas.

Beberapa orang mendapatkan emas dan menjadi kaya namun yang lain meninggal karena tertimbun reruntuhan.

Baca Juga: Mulan Jameela Blak-blakan Perlakuan Al, El, Dul pada Anak Perempuan Ahmad Dhani Satu-satunya, Safeea Sampai Alami Perubahan Sikap Ini: Kalau Udah Ketemu Adeknya...

Milisi Hilal secara paksa mengambil alih daerah itu, menewaskan lebih dari 800 orang dari kelompok etnis Beni Hussein setempat.

Mereka kemudian mulai menjadi kaya dengan menambang dan menjual emas.

Pada 2017, penjualan emas menyumbang 40% dari ekspor Sudan, dan Hemeti ingin mengendalikan mereka.

Baca Juga: Viral Kisah OB yang Kariernya Melejit Gara-gara Iseng Lakukan Hal Sepele Ini, Netizen: Tergantung Atasan

BBC
BBC

Inilah Tentara Bayaran Kejam Sudan Gila Emas yang Dilaporkan Bantai 120 Orang dan Buang Mayatnya ke Sungai Nil

Dia sudah memiliki beberapa tambang dan telah mendirikan perusahaan dagang yang dikenal sebagai al-Junaid.

Tetapi ketika Hilal menantang Bashir sekali lagi, menolak akses pemerintah ke tambang Jebel Amir, RSF Hemeti melakukan serangan balik.

Pada November 2017, pasukannya menangkap Hilal, dan RSF mengambil alih tambang emas Sudan yang paling menguntungkan.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Terduga Teroris Ditembak Polisi karena Terobos Mabes Polri

Pada saat ini, kekuatan RSF telah tumbuh sepuluh kali lipat.

Dengan 70.000 orang dan lebih dari 10.000 truk pick-up bersenjata, RSF menjadi infanteri yang mampu mengendalikan jalan-jalan ibukota, Khartoum, dan kota-kota lain.

Tag

Editor : Muflika Nur Fuaddah