Suar.ID -Ajang All England 2021 kini sedang menjadi sorotan dunia khususnya Indonesia.
Bagaimana tidak, dalam gelaran kompetisi bergengsi ini Timnas Badminton Indonesia dipaksa undur diri sebelum bermain.
Agung Firman Sampurna, Ketua Umum PP PBSI pun mengungkapkan adanya konspirasi pemaksaan mundur untuk kontingen Indonesia ini.
Kejanggalan demi kejanggalan pun menjadi bukti kuat bahwa tim Indonesia dipaksa untuk menghentikan perjuangannya di gelaran Yonex All England tersebut.
Menurut Agung, setidaknya ada tiga kejanggalan yang tercatat dalam pemaksaan tim Indonesia untuk mundur dari turnamen bergengsi ini.
Ditambah lagi tim Indonesia sebelum dipaksa mundur telah melangsungkan pertandingan sebanyak dua pertandingan.
Teori konspirasi ambisi Inggris ingin menjuarai kompetisi besar cabang olahraga badminton ini pun mencuat.
Seperti diketahui, Tim Indonesia mendapatkan pesan dari pemerintah Inggris melalui National Health Service (NHS) untuk melakukan karantina selama 10 hari karena adanya penumpang terinfeksi covid-19, namun hingga saat ini belum diumumkan siapa orang tersebut.
Selain itu, kemudian juga di pesawat yang sama ada pemain dan pelatih dari Turki tetap boleh bertanding dan tidak menjalani karantina seperti pemain-pemain Indonesia.
“Fakta berikutnya, persiapan di Indonesia sangat maksimal terkait prokes seluruh pemain, pelatih dan ofisial yang berangkat ke Inggris bukan hanya di tes PCR tapi juga sudah vaksinasi dua kali. Jadi persiapan Indonesia sudah sangat baik,” kata Agung dalam konferensi pers di BPK RI, Jakarta, Kamis (18/3/2021).
Ditambah lagi, saat bertanding melawan tim Inggris sebelum akhirnya diberhentikan, tim Indonesia sempat unggul dua pertandingan.
Bahkan saat diduga kejanggalan penggembosan pemain Indonesia saat bertanding pun kentara jelas.
Agung mengungkapkan saat sudah bertanding dua pertandingan, Indonesia sempat unggul salah satunya dari pasangan ganda putra Hendra/Ahsan.
Menurut Agung, saat itu Indonesia juga diindikasikan mendapat kecurangan saat hakim garisnya berasal dari Inggris yang notabennya sedang bertanding melawan Indonesia.
“Fakta ketiga bahwa para pemain kita semuanya menang khususnya Hendra/Ahsan. Terus juga pas Hendra/Ahsan main hakim garisnya juga dari Inggris tapi kita tetap menang. Dan pemain-pemain yang kita unggulkan bisa menang,” jelasnya,
Itu yang menjadi sorotan Agung bahwa secara terlihat tim Indonesia memang berencana disingkirkan dengan cara apapun dari gelaran All England 2021.
PBSI kini pun masih terus mengupayakan agar Indonesia tetap bisa bertanding meski telah diminta untuk mundur dari gelaran tersebut.
“Kalau kita bertanding adalah pemain yang berbahaya, dan kita adalah kandidat juara salah satu yang paling kuat yang sudah mengalahkan inggris,” kata Agung.
“Anda bisa bayangkan kita yang sudah divaksin tiba-tiba bukan tidak boleh ikut bertanding, kita juga diminta untuk diisolasi 20 hari, saya kurang paham. Ini diskriminatif atau tidak, kalau tidak boleh bertanding ya sudah pulang saja,” lanjut Ketua BPK RI itu.
“Nah kita sampaikan kekecewaan yang besar, tetapi kita juga paham ini karena antara lain potensi dan kemampuan tim bulutangkis indonesia yang dalam kondisi terbaik pada saat ini. kita tetap akan berjuang siapa tahu ada ruang untuk terus bertanding, tapi kalau tidak kita jangan berkecil hati kita adalah juara yang tertunda,” pungkasnya.
Apa yang dialami oleh tim Indonesia di turnamen All England 2021 ini pun membuat pemain Tanah Air naik pitam.
Beberapa pemain diketahui sampai meluapkan kemarahan di akui sosial media pribadi mereka.
"BWF harus bertanggung jawab! TIDAK ADIL!" tulis pemain ganda putra, Fajar Alfian, melalui akun Instagramnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu pemain pasangan ganda Indonesia, marcus Gideon yang mengungkapkan ada kecenderungan niat untuk mengalahkan Tim Indonesia.
Kritik pedas dilancarkan oleh Marcus Gideon pada BWF setelah Indonesia dipaksa undur diri dari gelaran All England 2021.
BWF disebut Marcus Gideon tidak dapat menangani persoalan tersebut dengan baik.
Hal itu tak lain lantaran pemain Indonesia sudah menjalankan beberapa kali tes covid-19 dan dinyatakan negatif sebelum bertanding melawan tim Inggris.
"Perlu diperhatikan bahwa BWF telah gagal mengatur masalah ini," tulis Marcus.
"Sebelum penerbangan, semua tim Indonesia telah dinyatakan negatif dan kami juga dites ulang pada saat kami tiba di hotel."
Kekecewaan juga ditujukan pada BWF oleh pasangan duet Kevin Sanjaya yang tidak memberlakukan kebijakan yang sama dengan saat ditemukan tuju pemain positif Covid-19 pada hari sebelumnya.
Diketahui pada hari pertama, pertandingan di hari Rabu diundu lantaran saat pengetesan pada pemain yang akan bertanding harus diundur lantaran ada 7 orang yang dinyatakan positif covid-19.
"Beberapa dari Anda mungkin memperhatikan bahwa permainan hari ini ditunda sebelum tujuh kasus positif yang mereka temukan di anggota tim lain (negara lain)," kata Marcus Gideon.
"Setelah mereka dites ulang, hasilnya SEMUA DINYATAKAN NEGATIF." "Jadi mengapa kami tidak juga memiliki keadilan yang sama di sini?"