Suar.ID -Mark Sungkar kembali jadi perbincangan.
Bukan karena problema rumah tangganya dengan wanita yang 45 tahuh lebih muda darinya, tapi karena kasus hukum.
Mark Sungkar harus merasakan dinginnya jeruji besi setelah ditetapkan jadi tersangka kasus korupsi.
Melalui kuasa hukumnya, Fahri Bachmid, Mark Sungkarangkat bicara terkait dakwaan terhadap kliennya yang rugikan keuangan negara sebesar Rp 694,9 juta.
"Kami ingin meluruskan telah terjadi distorsi yang mengarah pada penggiringan opini yang berpotensi menyudutkan nama baik klien kami,” kata Fahri Bachmid kepada wartawan, Kamis (4/3).
Adapun dari total Rp 694,9 juta, Mark Sungkar didakwa memperkaya diri Rp 339 juta atas laporan keuangan fiktif kegiatan dana Pelatnas Asian Games 2018 di Bandung, Jawa Barat.
Mark Sungkar diduga telah memuat laporan bukti belanja akomodasi palsu pada kegiatan pelatnas di The Cipaku Garden Hotel.
Fahri menjelaskan, Mark selaku Ketua Umum Pengurus Pusat Federasi Triatlon Indonesia (PPFTI) periode 2015-2019 mengajukan proposal Rp 5,072 miliar kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) pada 29 November 2017.
Penggunaan uang tersebut, lanjut Fahri, digunakan untuk kegiatan teknis seperti membayar honorarium atlet, pelatih, manager, dan keperluan lainnya.
"Pihak PPFTI akan menerima pembayaran sebesar 70 persen. Namun realisasinya, dana baru ditransfer pada hari lomba dimulai. Ini kenyataan dan faktanya,” ujar Fahri.
Dalam dakwaan pengadilan, Mark disebut tidak mengembalikan sisa dana ke kas negara.
Namun, kata Fahri, Mark mengaku sudah mengembalikan sisa dana dan menggunakan dana lainnya untuk honor dan keperluan organisasi.
Diberitakan sebelumnya, Mark Sungkar mengajukan proposal kegiatan bertajuk 'Era Baru Triatlon Indonesia' ke Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) senilai Rp 5,072 miliar.
Namun sisa uang Rp 399,7 juta dari kegiatan malah digunakan memperkaya diri sendiri.
Bahkan, Mark Sungkar juga disebut memperkaya orang lain, antara lain Andi Ameera Sayaka sebesar Rp 20,65 juta.
Kemudian Wahyu Hidayat Rp 41,3 juta, Eva Desiana sebesar Rp 41,3 juta, Jauhari Johan Rp 41,3 juta, atau pihak korporasi The Cipaku Garden Hotel atas nama Luciana Wibowo Rp 150,65 juta.
Jika ditotal, kerugian keuangan negara atas tindakan itu sebesar Rp 694,9 juta sebagaimana laporan hasil audit BPKP.
Menikah dengan wanita yang 45 tahun lebih muda
Siapa yang tidak minder menikah dengan aktor kenapan, sudah senior pula?
Begitulah yang dirasakan oleh Santi Asokamala, istri kedua Mark Sungkar.
Pada suatu ketika dia mengaku pernah ingin pulang ke rumah orangtuanya.
Kita tahu, setelah bercerai dari Fanny Bauty, ayah Zaskia Sungkar itu akhirnya menemukan cinta barunya.
Mark, yang lahir pada 22 Oktober 1948, resmi menyunting Santi Asokamala pada 2014 silam.
Selisih usia keduanya cukup jauh, 45 tahun.
Santi sendiri adalah wanita kelahiran 1994.
Masih cukup muda bukan?
Ketika itu, pernikahan keduanya sempat menjadi buah bibir sebagian masyarakat.
Ya apalagi kalau bukan soal perbedaan usia yang mencolok itu.
Lebih-lebih karena keduanya diduda menikah dengan diam-diam.
Soal menikah diam-diam itu, kabarnya itu permintaan Santi sendiri.
Dia tak ingin pernikahannya diketahui publik karena tak mau menjadi objek sorotan media.
Di luar segala omongan itu, keduanya nyatanhya bisa membuktikan bahwa rumah tangga mereka selalu rukun dan harmonis.
Lebih dari itu, Santi juga disebut punya hubungan yang begitu baik dengan dua putri Mark: Zaskia dan Shireen Sungkar.
Walau begitu, mereka enggak memanggil Santi dengan panggilan "mama".
Panggilan itu khusus buat Fanny Bauty, istri pertama Mark, semata.
Kepada Santi mereka cukup memanggil nama saja.
Karena usia mereka yang tidak terpaut jauh, Santi memang seperti teman sendiri untuk kedua kakak beradik tersebut.
Nah, walau kini sudah jago masak, ternyata Santi pernah sangat minder waktu awal-awal menikah, lo.
Saking minder dan malu dengan dirinya sendiri, Ia sampai pernah ingin pulang saja ke rumah orang tuanya.
Kisah ini diceritakan Santi lewat instagram pada Selasa (14/5) lalu.
Ia menulis kalau tahun-tahun awal pernikahannya dengan Mark jadi tahun yang sulit bagi Santi.
Apalagi pada bulan Ramadhan pertamanya sebagai istri.
Santi yang waktu itu baru berusia 21 tahun mengaku sangat sulit untuk bangun sahur dan menyiapkan makanan untuk sang suami.
Saking sulitnya, Ia mengaku sampai ingin pulang ke rumah orang tua.
"Jd inget cerita waktu pertama kali puasa setelah nikah," tulis Santi.
"Rasanya pengin tinggal aja di rumah orangtua, kalau sahur semua udah disediain tinggal makan, nonton tv, saalat terus tidur."
Karenanya, seringkali Mark-lah yang membangunkan sang istri untuk sahur.
Cara membangunkannya pun halus melaluitakbiratul ihramsalat tahajud.
Mark juga yang mengingatkan Santi untuk mengaji setelah makan sahur.
"Pas punya suami, boro-boro aku bangunin suami, yang ada aku kebangun gara-gara suara suami kenceng banget pas takbiratul ihram salat tahajut," katanya.
"Tapi memang kepala batu istrinya malah tiduran aja di kasur baru deh nyiapin makanan, selesai makan aku nyalain tv."
Selanjutnya, Santi mengaku Mark juga sering membuat suasana di rumah bagai sekolah.
Pasalnya, dia bisa tiba-tiba menanyakan hafalan surat sang istri.
Santi pun menggambarkan momen ini seperti ujian mendadak di sekolah.
"Selesai salat Subuh niat aku mau langsung tidur karena pas zikir aja sudah nguao mulu," tambahnya.
"Eh tiba-tiba suami bilang, 'sebagai suami, saya mau tahu hafalan surat istri saya seberapa banyak.'"
Rasa kantuk yang tadinya menyergap seketika hilang entah ke mana.
Ia berubah menjadi rasa degdegan, seperti sedang menghadapi ujian sekolah.
"Surat-surat yang tadinya hafal jadi buyar karena gerogi," akunya.
Meski begitu, kini Santi tentu saja sudah terbiasa dengan kebiasaan sang suami.
Dia bahkan, bersyukur karena sang suami begitu sabar mendidik dirinya.
"Dulu si mikirnya kok punya suami gini amat ya. tp sekarang kalo inget aku yg dulu malah malu sendiri, ko aku gitu amat. MaaSyaa Allah bapak @marksungkar ini sabar bgt didik istrinya," tutupnya.