Suar.ID - Tak hanya warganya, Korea Utara bahkan juga memberikan kesulitan pada karyawan kedutaan negara lain.
Bagaimana tidak?
Delapan karyawan kedutaan Rusia di Pyongyang dan keluarga mereka mau tak mau meninggalkan Korea Utara dengan troli yang memakan waktu 34 jam.
Hal itu dikarenakan maskapai penerbangan telah ditangguhkan berbulan-bulan.
Melansir CNN pada Jumat (26/2/2021), di kereta api terlihat seorang diplomat mendorong troli yang berisi sejumlah koper dan anak-anak kecil ke wilayah Rusia.
Perbatasan Korea Utara telah secara efektif ditutup selama berbulan-bulan, sebagai bagian dari upaya rezim Kim Jong Un mengendalikan pandemi Covid-19.
Korea Utara memiliki maskapai penerbangan bernama Air Koryo, yang beroperasi dari Vladivostaok, Rusia, tapi juga tidak dapat beroperasi setelah ditangguhkan selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Inilah 7 Angkatan Laut Terkuat di Dunia, Korea Utara Pun Masuk, Bagaimana dengan Indonesia?
Akibatnya, sejumlah diplomat luar negeri terjebak di Pyongyang.
Tak ingin lebih lama terlantar di Korea Utara, satu-satunya cara para diplomat dan keluarganya dapat pulang ke Rusia adalah dengan menaiki troli kereta api.
Hal itu disampaikan langsung oleh pihak Kedutaan Besar Rusia di halaman Facebook yang terverifikasi.
Perjalanan 34 jam Korea Utara-Rusia, dimulai dengan mereka menaiki bus selama 2 jam menuju ke perbatasan.
Di sana mereka memesan dahulu sebuah troli kereta api yang akan mereka gunakan untuk membawa anggota kelurga dan barang-barang bawaan.
Sebagian dari mereka harus menghabiskan perjalanan dengan mendorong troli itu hingga sampai tujuan, Rusia.
Itu sebuah sistem perjalanan yang sangat kuno dan lambat.
Troli juga dikenal sebagai gerobak tangan, adalah jenis gerbong kereta yang dipopulerkan pada 1800-an, yang ditenagai oleh penumpangnya dengan menggunakan tuas penggerak pompa atau orang mendorong secara manual dari belakang.
Kedutaan Besar Rusia menggunggak 2 foto dari sekretaris ktiga, Vladislav Sorokin yang mendorong keluarganya dan koper-kopernya sepanjang rel kereta dengan menggunakan baju musim dingin.
Dalam perjalanan musim dingin yang sulit itu, terdapat anggota keluarga termuda Sorokin yang berusia 3 tahun, yaitu putrinya yang bernama Varya.
Sorokin mendorong trolinya sejauh 1 kilometer ketika dia telah melewati jembatan di atas Tumen River yang memisahkan Rusia dari Korea Utara.
Begitu keluarga itu mencapai stasiun Khasan, Rusia, mereka disambut oleh rekan-rekan di Kementerian Luar Negeri yang membantu mereka sampai ke bandara di Vladivostok.
Isolasi lebih lanjut
Kepergian keluarga Sorokin dan diplomat Rusia lainnya membuat komunitas ekspatriat Pyongyang yang sudah kecil semakin menyusut.
Para ekspatriat adalah sumber informasi berharga tentang salah satu negara paling tertutup dan rahasia di dunia.
Para diplomat, pekerja bantuan, dan staf LSM telah memilih untuk meninggalkan Korea Utara dari pada mengambil risiko terjebak, karena kontrol perbatasan yang tidak fleksibel dan ketat di negara itu.
Orang asing yang memilih untuk tetap tinggal di Korea Utara menggambarkan situasi yang semakin mengerikan di Pyongyang.
Toko-toko kelontong kehabisan makanan dan orang-orang kehilangan pekerjaan, menurut Duta Besar Rusia untuk Korea Utara Alexander Matsegora.
Korea Utara memutus hampir semua hubungannya dengan dunia luar pada 2020 untuk mencegah masuknya kasus virus corona.
Para ahli percaya Kim membuat keputusan itu karena dia menyadari sistem perawatan kesehatan negaranya yang terbelakang akan kewalahan oleh wabah.
Matsegora mengatakan bahwa impor ke Korea Utara telah berhenti hampir seluruhnya, sejak topan dahsyat melanda Semenanjung Korea pada September.
"Pemimpin Korea Utara secara terbuka mengakui bahwa tidak ada infrastruktur medis yang lengkap di sini, yang memenuhi persyaratan modern dan mampu menangani masalah ini," katanya dalam wawancara dengan kantor berita Rusia Interfax.