Suar.ID - Masihkah Anda mengingat detik-detik sebelumbom nuklir dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki?
Setelah bom nuklir dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada saat perang dunia 2, para ilmuwan nuklir menemukan jam kiamat.
Di mana jam kiamat itu secara simbolis memberi sinyal berapa banyak waktu yang tersisa di dunia sebelum menghadapi perang nuklir.
Apakah situasi dunia saat ini sama gentingnya seperti Perang Dunia II lalu?
Mungkin iya.
Sebelum pemilu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pernah ditanyai apakah dia takut konflik nuklir atau tidak.
Lalu dia menjawab, "Ya. Situasinya sangat kritis."
Dilansir dari24h.com.vn pada Selasa (16/2/2021),Presiden Joe Biden juga mencatat bahwa dia prihatin bahwa "seseorang akan salah menilai situasi dan tiba-tiba menggunakan bom nuklir".
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, meminta semua negara untuk bergabung dengan perjanjian pelarangan senjata nuklir PBB.
Di mana perjanjian pelarangan senjata nuklir itu telah berlaku sejak Januari.
Hak senjata nuklir tidak mendengarkan seruannya dan bukannya mengurangi senjata mereka, mereka secara aktif membuat senjata.
Presiden Joe Biden sendiri tidak mendukung denuklirisasi lengkap.
Amerika Serikat (AS) menginvestasikan miliaran dolar untuk senjata nuklir modern, dan Rusia melakukan hal yang sama.
Namun, kedua negara pada akhirnya memperpanjang perjanjian senjata nuklir START-3.
Sementara China, meski mengaku tak berniat menguasai dunia, juga giat membangun senjata nuklir.
India dan Pakistan melakukan hal yang sama, diikuti oleh Korea Utara.
Di tahun-tahun mendatang, lingkaran kekuatan nuklir mungkin meluas.
Tidak terkecuali bahwa Iran dan Arab Saudi akan bergabung dalam lingkaran ini.
Mantan Presiden AS Donald Trump telah menggunakan taktik tekanan maksimum di Teheran.
Sehingga Iran lebih dekat dari sebelumnya untuk membangun bom nuklir.
Saat ini, pemerintahan baru AS memberi isyarat kepada Teheran bahwa Washington ingin kembali ke kesepakatan nuklir.
Tetapi kedua belah pihak menuntut pihak lain untuk mengambil langkah pertama.
Dalam kasus Korea Utara, sangatlah naif untuk percaya bahwa pemimpin negara itu akan menyerahkan senjata nuklir.
Hal terbaik yang bisa dicapai Washington di sini adalah kesepakatan tentang persenjataan Korea Utara, kata para ahli.
Amerika Serikat (AS) dan Rusia bersama-sama memiliki 90% dari total senjata nuklir dunia.
Moskow dan Washington dapat membiarkan diri mereka mengambil langkah-langkah perlucutan senjata yang signifikan tanpa mengorbankan potensi pencegah mereka.
Di bawah Presiden Biden, AS dapat mengambil inisiatif yang sesuai, dan begitu pula Rusia, reporter SRF TV menyatakan keyakinannya.
Selain itu, Amerika Serikat ingin dengan segala cara untuk membujuk China ke dalam perjanjian kontrol senjata baru.
Tetapi Beijing dengan tegas menolak inisiatif tersebut.
Menurut para ahli, China melakukannya dengan sangat baik, karena tidak memiliki senjata nuklir jarak jauh.
Sehingga Beijing secara aktif membangun potensi militer senjata nuklir jarak menengah.
Semakin kuat persenjataan yang diperlengkapi China, semakin agresif China, dan semakin membuat Jepang atau Korea Selatan ingin segera memiliki senjata nuklirnya sendiri.
Semua ini akan dibahas musim panas mendatang di konferensi khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perjanjian Non-Proliferasi 1970.