Ahok Dinilai tak Cocok jadi Pejabat Publik usai Bongkar Aib BUMN, M Qodari: Kita Punya Bom Waktu

Rabu, 30 September 2020 | 06:30
Instagram BasukiBTP

Ahok dinilai tak cocok menjadi pejabat publik.

Suar.ID -Pengamat politik, M Qodari menilai sosok Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok atau BTP tak cocok menjadi pejabat publik.

Hal tersebut diungkapkan M Qodari saat menjadi narasumber di vlog Helmy Yahya.

Mulanya, M Qodari menjelaskan jika ia pernah diwawancara oleh presenter sebuah televisi mengenai bagaimana nasib Ahok ke depannya.

Hal itu terjadi lantaran hasil quick count di Pilkada DKI Jakarta 2017 menunjukkan jika Basuki Tjahaja Purnama kalah atas pesaingnya Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Baca Juga: Kariernya Makin Bersinar usai Dicerai Ahok, kini Veronica Tan Buktikan Dirinya Bahagia dan bisa Menjadi Wanita Mandiri setelah Bersanding dengan Jejeran Perempuan Hebat Indonesia

Berdasardari peristiwa itu, M Qodari menjelaskan jika sebenarnya kinerja Ahok baik.

Meski demikian, ia menilai Ahok memiliki hal buruk dalam komunikasi.

"Saya bilang kayaknya kalau untuk pemilihan langsung seperti ini, kayaknya enggak bisa karena Ahok ini bagus kerjanya, buruk komunikasinya gitu," terang M Qodari.

M Qodari menyatakan, jika harus ditunjuk menjadi seorang menteri pun Ahok disebut tak akan cocok.

Baca Juga: Mengaku Sempat bisa Bersetubuh usai Maafkan Veronica Tan, Ahok Syok saat Lihat Putra Sulungnya Hampir Menghajar Selingkuhan Mantan Istrinya: Saya Pengen Nutup Aib Ini

Karena itu, M Qodari mengatakan bahwa menteri merupakan jabatan publik yang mengharuskan berkomunikasi secara baik.

"Mungkin kalau dia harus ditunjuk, bukan dipilih, misalnya seperti menteri."

"Tapi waktu saya pulang ini masih 2017 nih, saya belum kepikiran 'kayaknya jadi menteri pun enggak cocok', karena menteri itu jabatan publik."

"Jabatan publik itu adalah jabatan atau pekerjaan yang kerja harus bagus, komunikasi juga harus bagus," ungkap M Qodari.

Kompas TV Youtube

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari dalam tayangan 'Rosi' Kompas TV, Kamis (28/5/2020).

Baca Juga: Ahok Mencak-mencak Bocorkan Aib Pertamina, Menteri Erick Thohir Peringatkan Soal Kewenangan BTP

Tak hanya itu, M Qodari menuturkan, akan percuma jika seorang pejabat publik bekerja dengan baik tapi tak diiringi komunikasi yang baik.

Dengan demikian, M Qodari menilai jika Ahok lebih cocok di perusahaan swasta daripada menjadi pejabat publik.

"Karena pekerjaan bagus kalau komunikasi buruk itu rusak."

"Contohnya siapa? Ahok sendiri."

"Karena itu kesimpulan saya, Ahok itu cuma tepat di perusahaan swasta, enggak cocok di jabatan publik atau yang berhadapan dengan publik," katanya.

Baca Juga: BERITA TERPOPULER: Terbongkar 2 Kekecewaan Terbesar Ahok kepada Veronica Tan yang Bikin Dia Ogah Ketemu Lagi | Cantiknya Minta Ampun, Wika Salim Ternyata Pernah Dilempari Penonton

Lebih lanjut, M Qodari menegaskan pernah menyarakan Ahok agar menunjuk juru bicara (Jubir) saat akan berinteraksi dengan media.

Pernyaatan M Qodari itu disampaikan karena ia takut Ahok tidak berkomunikasi secara baik yang pada akhirnya menimbulkan kericuhan.

"Karena saya takut beliau ini komunikasinya itu akan, ya katakanlah bombastis, lalu kemudian kontroversial begitu."

"Kayaknya ini saran enggak diikutin gitu," ujar M Qodari.

Dok. Kompas TV
Dok. Kompas TV

Menteri BUMN, Erick Thohir dan Ahok.

Baca Juga: Reaksi Ahok jadi Sorotan ketika Ditanya Apakah Masih Ingin Mengikuti Pilkada DKI Jakarta: Kalau boleh Memilih...

M Qodari menyimpulkan bahwa Ahok memang tidak memiliki sensitivitas komunikasi.

"Apa yang harusnya diomongkan di dalam, diomongkan di luar, dia tidak tahu situasi dan kondisi gitu,"

"Jadi ya komunikasinya memang ya, bukan berarti tidak jujur ya,"

"Tapi kita kan yang jujur pun harus pandai-pandai memilih dan memilah," terang M Qodari.

Baca Juga: Terbongkar 2 Kekecewaan Terbesar Ahok pada Veronica Tan yang Membuatnya Ogah Bertemu Mantan Istrinya lagi: Saya udah nggak Mau Kontak!

Selanjutnya, M Qodari menegaskan tiga poin pendapatnya tentang seorang Ahok.

"Satu beliau ini bombastis, yang kedua emosional, yang ketiga sulit membedakan kapan dan di mana berbicara gitu."

"Terakhir saya nonton YouTube-nya juga, dimana beliau mengatakan, 'kalau saya jadi dirut pasti kadrun-kadrun tak senang', pernyataan itu menurut saya sudah offside."

"Itu mungkin terminologi yang harusnya dipakai dalam percakapan terbatas, tetapi tak tepat disampaikan melalui komunikasi terbuka."

"Lagi-lagi itu probolemnya Pak Ahok, dia gak tahu harus ngomong apa dan dimana," beber M Qodari.

Baca Juga: Ahok Ngamuk-ngamuk Tahu Ada Bos Pertamina yang Sudah Dicopot dari Jabatannya Tapi Masih Digaji Tinggi hingga 75 Juta Rupiah: Gila Aja Nih, Enggak Ada Kerjaan Dibayar Segitu

Dengan berbagai analisanya itu, M Qodari lantas menyoroti akan adanya bom waktu.

"Ahok adalah bom waktu yang sedang berjalan juga."

"Jadi kita punya 2 bom waktu, yaitu Pilkada dan Ahok," imbuh M Qodari.

(Tribun Jakarta)

Tag

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber Youtube, Tribun Jakarta