Suar.ID -Perujuangan para tim medis di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 ini memang patut diapresiasi.
Tak hanya rela tak bisa pulang, para tenaga medis juga rela bertaruh nyawa di garis depan.
Tak dapat dipungkiri para tenaga medis ini menjadi orang yang paling rentan tertular.
Ada banyak cerita tentang tenaga medis yang menginsiprasi.
Salah satunya perjuangan dokter yang satu ini.
Ia rela harus mendaki pegunungan terjal demi merawat pasien yang tengah di karantina di sana.
Dia dipanggil dokter Soi, seorang dokter di Thailand yang bekerja di sebuah klinik kesehatan pedesaan di provinsi Nan.
Sosoknya viral usai perjuangan menjadi pembicaraan hangat di media sosial.
Kisahnyanya dibagikan oleh akun Facebook Provinsi Nan.
Ia harus mendaki dua gunung terjal dan menyeberangi sungai untuk sampai ke rumah pasien.
Simak kisahnya berikut:
Saat itu adalah hari yang panas dan dokter Soi bekerja seperti biasa di klinik.
Saat sedang makan siang sambil membaca file, datanglah seseorang melaporkan ada anak yang menderita demam.
Anak tersebt tengah menjalani karantina bersama keluarganya.
Rumah keluarga tersebut ternyata berada di daerah yang berbeda dan cukup jauh dari klinik.
Dokter Soi berkata bahwa dia akan mengunjungi anak itu untuk memeriksanya.
Dia pun bergegas mengenakan APD lengkap sebagai tindakan pencegahan.
Juga mengenakan sepatu bot hujan karena dia tahu dia harus menyeberangi sungai serta membawa beberapa persediaan medis di dalam tas.
Dia kemudian berangkat ke lokasi dengan sepeda motor dengan seorang asisten.
Ketika mereka berada di daerah pedesaan, hanya ada jalan tanah yang curam dan sempit.
Sering kali doter Soi perlu berjalan sementara asistennya mengendarai sepeda motor.
Baca Juga: Harganya Sangat Fantastis, Inilah Masker Pelindung Virus Corona yang Terbuat dari Kulit Ular Piton!
Belum lagi cuaca saat itu sangat panas mencapai 38 derajat Celcius sambil me,bawa tas berat berisi peralatan medis.
Tepat sebelum tujuan mereka, ada jalan yang sangat curam dan dokter Soi sudah kelelahan saat itu.
Ketika asistennya mencapai puncak, dia bertanya apakah dokter Soi baik-baik saja.
Meskipun sangat lelah, dia mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
Dengan berat tas yang dipegangnya di satu sisi, dia memegang akar atau pohon yang bisa untuk menopang tubunhnya.
Karena kondisinya yang letih, ia terus tergelincir dan jatuh.
Ketika akhirnya sampai di puncak, dia melihat sebuah gubuk kecil di kejauhan.
Semakin dekat, dia dapat melihat bahwa gubuk kayu kecil itu berada di tengah-tengah sebuah peternakan dan ada sekitar enam orang di sana, dua wanita tua dengan empat anak.
Mereka sangat senang melihat dokter dan asistennya.
Dokter Soi merasakan air matanya mengalir deras tetapi dia menutupinya dengan bertanya kepada anak-anak apakah tinggal di pertanian itu menyenangkan.
Semua orang mengatakan itu menyenangkan.
Dokter Soi mulai memeriksa anak yang sakit.
Anak itu mengalami sedikit demam dan sakit tenggorokan, jadi dia memberi mereka obat dan meminta ibu untuk memantau kondisi anaknya.
Sepulangnya, dokter Soi yang sangat kelelahan tapi tak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan kondisi anak itu.
Setelah tiga hari, orang yang bertugas mengirim makanan dan air ke keluarga yang dikaranrina itu datang ke klinik dan mengatakan kepada dokter Soi bahwa anak itu telah pulih.
Merasa lega, dokter Soi mengatakan bahwa dengan berinteraksi dengan penduduk desa, dia melupakan semua kelelahan dan kesulitan yang dia hadapi selama bekerja.
Yang dia inginkan hanyalah agar mereka menerima perawatan kesehatan yang baik.