Suar.ID -Karena kalut akibat kelaparan dan tak punya uang, seorang warga di Batam melakukan percobaan bunuh diri.
Beruntung aksinya tersebut ketahuan, dan warga Sekupang ini berhasil diselamatkan.
Ketua RT 03, RW 15, kelurahan Patam Lestari, Sekupang, Batam, Didi mengatakan, warganya yang hampir bunuh diri akibat kondisi ekonomi yang sudah makin terpuruk selama covid-19.
Sebagaimana diketahui, belakangan ini cukup banyak orang yang mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemi covid-19 yang melanda dunia termasuk di Batam.
Banyak yang kena imbas PHK, dirumahkan, dikurangi jam kerja hingga tak ada lagi penghasilan.
“Ada yang sampai hampir bunuh diri kemarin,"
"Kemarin datang ke rumah, datang bilang 'sudah tidak makan', lalu saya berikan Rp 50 ribu,” ujarnya kepada TRIBUNBATAM.id, Kamis (23/4/2020).
Keesokan harinya, Didi mengaku orang tersebut justru merasa putus asa lalu memecahkan kaca di rumahnya dan pecahan kaca ditancapkan ke dadanya.
Menyaksikan hal itu, keluarganya pun berteriak hingga warga datang.
Kisah itu merupakan satu di antara kisah pilu korban pandemi covid-19 yang mulai mengalami kesulitan mendapatkan uang.
Sehingga, bantuan sembako gratis dari pemerintah maupun relawan menjadi harapan satu-satunya mereka bertahan sambil menunggu wabah mereda.
Sayangnya, kata Didi, kadang kalangan yang masih mampu pun mendadak merasa layak mendapatkan sembako, sehingga membuat warga yang layak mendapatkan pun bisa jadi tak kebagian.
"Kadang kalau pembagian sembako begini susah jelaskan kepada warga, semua mengaku layak dapat sembako," katanya.
Sementara itu, Sunaryo, Ketua RT 01 RW 13, Kelurahan Patam Lestari Sekupang mengatakan, pembagian sembako gratis dari pemerintah yang dibagikan melalui ketua Rukun Tetangga (RT) justru membuat Pak RT mengaku pusing.
"Gimana tidak pusing, sembako yang didapat tidak sesuai jumlah KK yang tinggal di satu RT," kata seorang ketua RT 01 RW 13 keluarahan Patam Lestari, Sekupang, Sunaryo, Kamis (23/4/2020).
Bahkan, Sunaryo mengaku hampir diserbu warganya.
"Kemarin saya hampir diserbu warga sesaat setelah membawa sembako, agar mereka mendapat sembako duluan, sebagian di antara mereka sudah nunggu," kata Aryo sapaan akrab pak RT itu.
Bukan tanpa alasan, warga yang tinggal di RT 01 RW 13 dominan tinggal di ruli.
Aryo mengungkapkan, di RT yang dia pimpin ada 95 KK.
Namun yang mendapat sembako 43 KK.
Akhirnya warga pun komplain dan mengatakan saya tidak dapat tapi si anu dapat, dan mereka mengaku layak untuk mendapatkan sembako.
“Hampir 90 persen warga saya tinggal di Ruli, makanya mereka komplain dan merasa layak mendapatkan sembako,” ucapnya.
"Beberapa warga saya datang ke rumah menanyakan kenapa ia tidak mendapat sembako, sementara tetangga sebelah yang tinggal di komplek perumahan RW sebelah dapat."
“Lalu saya bilang apa kepada mereka?” kata Aryo.
Dia mengatakan, sesuai aturan, hanya yang sudah terdata yang akan mendapat, jumlah sembako juga terbatas di tiap RT.
"Mendengar itu mereka malah marah kepada saya," katanya.
Dia mengusulkan, seharusnya pembagian sembako tidak dilihat per RT, karena akan ada kecemburuan jadinya.
Aryo mencontohkan, dii RW 13 hampir 600 KK namun yang dapat sembako sebanyak 172.
Pembagiannya ini pun hampir pukul rata tiap RT ada 43 hingga 45 paket.
"Sementara warga RT saya dengan RT sebelah berbeda kelas ekonomi, RT sebelah tinggal di kompleks perumahan."
"Lah, warga saya 90 persen tinggal di ruli yang kondisi ekonominya bisa dikatakan menengah ke bawah,” ujarnya.
Dia mengaku bingung harus bagaimana apalagi ada warga yang bilang dia pilih kasih.
"Dibilang ketua RT tidak adil, sementara kita sudah sampaikan kondisi ini ke kelurahan."
"Kan melalui pendataan lalu diajukan, walau memang ada pengumpulan KK namun tidak semuanya dapat sembako,” katanya.
(Tribunbatam.id/Beres Lumbantobing)